Wellcome To My Blog and enjoy

Minggu, 10 Maret 2013

HUNHAN FF- You're my reason part 6 ( last )



PART 6

              1 tahun...ya, 1 tahun sejak kejadian itu. Aku hanya bisa melihat sosok Tuan Muda tanpanku melalui TV saja. Aku senang, sekarang dia telah sukses dengan masa depannya yang cerah. Aku turut bahagia. Walau untuk masa depannya, aku harus menyakitinya terlebih dahulu. 

              Sejak setahun yang lalu, aku bekerja menjadi seorang petugas kasir disebuah minimarket. Aku hidup seorang diri tanpa ada niatan kembali ke tempat penampungan budak lagi. Penghasilanku kurasa cukup untuk diriku sendiri. 

              Minimarket sedang tak ada pelanggan. Aku duduk termenung dibelakang meja kasir. Termenungnya aku membawaku kembali ke peristiwa satu tahun yang lalu. Peristiwa dimana aku harus mengikhlaskan seseorang yang sangat kucintai. Oh Sehun...

              Flashback

              “ Ng...Aku haus~” keluhku. Kulepas perlahan-lahan pelukan hangat Sehun dan berjalan menuju dapur untuk sekedar meneguk segelas air. Saat itu hujan telah berhenti dan lampu telah kembali menyala. Syukurlah. 

              “ Ah, leganya~” desahku setelah meneguk segelas air. 

              Saat akan kembali tidur, ponsel milik Sehun bergetar. Aku kembali berdiri dan mengambil ponsel Sehun. Ternyata ada telepon dari abeoji berarti Tuan besar untukku. Sepertinya penting. Kulihat, Sehun telah tertidur pulas sekali. Aku tak tega membangunkannya. Kuputuskan untuk mengangkat telepon dari Tuan Besar.

              “ Sehun-a...”

              Maaf, Tuan Besar. Saya Luhan. Tuan Muda sudah tertidur, Tuan Besar. Apa ada yang perlu saya sampaikan pada Tuan Muda?” jawabku sopan.

              “ Apa Sehun bersamamu?”

              Benar, Tuan Besar,” jawabku lagi.

              “ Aku ingin berbicara denganmu. Apa benar kau dan Sehun berhubungan dekat?”

              “ Benar, Tuan Besar,” 

              “ Apa kau mencintainya?” kini pertanyaannya membuatku tertohok. Aku memutuskan keluar dari kamar menuju ruang tengah. Aku takut membangunkan Sehun.

              Maaf atas kelancangan saya, Tuan Besar. Tapi, saya benar adanya mencintai, Tuan Muda,” akhirnya aku menjawab jujur. 

              “ Aku minta kau menjauhi Sehun,” 

              Maaf sekali lagi, Tuan Besar. Mengapa saya harus menjauhi, Tuan Muda?” kini aku bertanya. 

              Kau pasti tau jika Sehun telah dipersiapkan untuk menjadi penerus perusahaan keluarga Oh. Dia haruslah fokus. Apa kau mau menghancurkan masa depannya hanya karena keegoisanmu?” 

              Aku terdiam. Apa yang Tuan Besar katakan memang sangat benar. Aku hanya menghambatnya. Menghambat dan memburamkan masa depannya yang cerah. Aku egois dan mementingkan diriku sendiri tanpa memikirkan masa depan Sehun. 

              Aku minta kau fikirkan baik-baik perkataanku, Luhan,” 

              Ponsel yang kupegang tiba-tiba melorot. Nafas yang tertahan kini menjadi buliran air mata. Aku kembali tersadar betapa egoisnya aku selama ini. Aku berusaha menahan isakanku agar tidak membuat Sehun terbangun. Aku kembali kekamar dan meletakkan kembali ponsel Sehun. 

              Kupandangi wajah Sehun dalam. Malam ini, aku telah memutuskan untuk meninggalkannya. Meninggalkan Sehun demi masa depannya. Kuganti pakaianku dengan seragamku. Malam ini, aku harus pergi. 

              “ Sehunnie, mianhaeyo. Tapi, ini demi kebaikanmu. Aku akan tetap mencintaimu, Oh Sehun,” lirihku pelan dan mencium bibirnya pelan. Kutinggalkan dia setelah meletakkan surat diatas meja kecil dikamarnya. Aku telah keluar dari Villa, barulah disitu tangisku pecah. Air mata berurai begitu banyak. Sesak didada membuatku sulit bernafas. Aku hanya bisa menangis dan menangis hingga aku merasa sangat lelah. 

              Flashback End
©           
                  Ternyata sudah malam. Aku baru saja selesai memeriksa semua dokumen yang ada dimejaku. Rasanya tulang-tulang belakangku sudah retak. Aku bangkit dari kursi kerjaku dan melakukan sedikit olahraga untuk meringankan sakit punggungku. Kini aku membuka kulkas dan mengeluarkan sebotol susu serta beberapa potong buah. Kulahap kedua kudapan malam itu. 

              “ Luhan...” desahku setelah memakan sepotong buah dan meneguk susuku. Kupandangi kedua kudapan itu. Kudapan ini dulu selalu diantarkan oleh orang yang sangat kucintai. Senyum serta perhatiannya membuat kedua kudapan ini terasa lebih enak dari biasanya. Rasa rinduku benar-benar sudah overdosis. Setahun yang lalu, aku mencoba mencari keberadaannya. Tapi, hingga saat ini aku tidak pernah mendapatinya dimanapun. 

              “ Luhannie, bogosippeyo...” lirihku. Kini aku berdiri ditepi jendela ruanganku. Kupandangi pemandangan kota seoul dimalam hari dengan tatapan kosong. Aku membayangkan aku dan Luhannie bisa menikmati indahnya malam Kota Seoul bersama-sama lagi. Rasa rinduku memuncah hingga aku merasa sesak di dadaku. 

              “ Tuhan, bisakah aku meminta satu saja kepadamu? Kumohon pertemukan aku dengan Luhanku lagi. Aku benar-benar merindukannya hingga aku rasanya ingin mati saja. Kumohon Tuhan...” pintaku melirih dengan menengadahkan kepalaku menatap langit malam. 

              Aku tersenyum lirih. Permintaanku terlalu mustahil untuk dikabulkan. Mungkin memang, aku dan Luhan tidaklah berjodoh. Kusudahi semua ini dengan keluar dari ruanganku dan memutuskan kembali kerumah saja. Semua rasa rindu ini membuatku sesak. 

              Sebelum pulang, aku menyempatkan diri untuk mampir di minimarket kecil didekat kantorku. Aku ingin membeli sesuatu terlebih dahulu.
©           
                  “ Xiumin-a, bukankah jam kerjamu sekitar satu jam lagi?” Aku menatap Xiumin, temanku saat ia membuka pintu minimarket ini. Ia nyengir saja kuberikan tatapan bingungku.

              “ Hehehe...aku bosan dirumah, Luhan-a,”  jawabnya nyengir lagi. Wajahnya yang lucu membuatku selalu tertawa di buatnya. Xiumin dan Aku memang setiap harinya bergiliran menjadi petugas kasir minimarket ini. 

              Asik berbincang-bincang dengan xiumin, ternyata dari arah luar seorang pelanggan berniat memasuki minimarket kami. Aku menoleh kearah pelanggan itu. Mataku serta merta menjadi bulat besar. Desiran darahku semakin cepat di ikuti detak jantung yang berpacu kencang. 

              “ S-sehun-a...Andwae!” teriakku dalam hati.

              “ Xiumin-a, sekarang gantikan aku. Ppalli!” suruhku cepat lalu meninggalkan Xiumin yang terlihat bingung dengan ketiba-tibaanku. Aku menyembunyikan diriku di gudang penyimpanan barang. Hanya kepalaku saja yang menyembul. Aku tidak mau Sehun tau keberadaanku. 

              Anyeonghaseyo...” terdengar Xiumin menyapa pelanggan yaitu Oh Sehun. Sehun hanya memberi senyum kecilnya. Kulihat, ia lalu berjalan menuju rak alat mandi dan pembersih mobil. Sehun semakin dewasa dan semakin tampan. Aku terus mengawasinya. Ingin sekali rasanya aku berlari dan memeluknya. Tapi, itu hanya bisa kulakukan dalam khayalanku. Tanpa kurasa, air mataku kembali jatuh. Ini terlalu menyakitkan. Aku hanya bisa melihat Sehun tanpa bisa menyentuh orang yang sangat kucintai dan kurindukan. 

              Tak lama, Sehun keluar dari minimarket kami. Mobilnya pun telah menjauh. Aku keluar dari tempat persembunyianku dengan lesu lalu menghampiri Xiumin yang masih senyum-senyum. 

              “ Kau tau, tak kusangka pelanggan tadi ialah Oh Sehun, penerus perusahaan Oh Coorperation. Tak kusangka ia mau mampir di minimarket kecil seperti ini. Dan...aslinya benar-benar tampan! Ukiran wajah yang perfecto!” cerita Xiumin berbinar-binar. 

              “ Ya...Tuan Muda memang selalu dan akan selalu tampan...” aku melirih sambil menunduk.

              “ Ah? Mworageo?” Tanya Xiumin. Aku tersadar dan hanya menggelengkan kepalaku lalu memberinya senyum. 

              “ Xiumin-a, aku pulang sekarang ya. Selamat bertugas, nae baozi,” pamitku lalu mencubit pipinya yang tembam.

              “ Yak!” teriaknya kesal. Aku hanya bisa tertawa lepas.
              .
              .
              .
               Aku baru saja selesai mandi dan kini aku mendudukkan diriku di bibir ranjang single-ku. Kuusap rambutku yang basah akibat keramas dengan pelan. Dompet yang kuletakkan dimeja kecilku menarik perhatianku. Kuulurkan tanganku untuk meraih dan membuka dompetku. Bukan berniat mengambil uang, namun melihat sesuatu. 

              “ Aku senang kau terlihat sehat, Sehunnie. Kau semakin tampan dan dewasa. Kudoakan kau agar selalu sehat,” bisikku kecil. Ya, foto aku bersama Sehun yang kupandangi. Hanya foto ini satu-satunya yang menjadi sisa kenanganku bersama Sehun. Ponsel pemberian Sehun pun tak kubawa serta karena terlalu banyak menyimpan kenangan manis bersamanya. 

              Kusibak selimut dan menyelimuti diriku sambil terus menatap foto diriku dan Sehun. Terakhir, kucium foto tersebut dan menutup dompetku kembali. Kuputuskan untuk tidur. Menatap foto itu lama-lama bisa membuatku kembali terlarut kedalam jurang masa lalu indah bersama Oh Sehun.
©           
                  Dua minggu berlalu sejak Sehun menjadi pelanggan di minimarket kami. Siang ini, aku meminta izin pada pemilik minimarket untuk keluar sebentar. Aku berniat pergi ke bank untuk menyetor pembayaran kontrakanku pada pemiliknya yang sedang berada di China. 

              Sepulangnya, aku mampir ke sebuah kedai bubble tea, salah satu minuman kesukaan Sehun. Dulu, sepulang Sehun kerumah, dia selalu membawa dua cup minuman ini. Satu untukku dan satu untuknya. Aku hanya bisa tersenyum kecil ketika moment itu menjangkit kembali di otakku. 

              “ Panasnya~” keluhku menyeka peluh yang ada dipelipis kananku. Ada banyak orang yang berjalan sama sepertiku. Aku mengedarkan pandanganku sejauh aku bisa memandang. Saat bertemu tatap dengan orang asing, hanya senyum kecil yang kuberikan. 

              “ O-oh Sehun...” tanpa kusadar, bibirku menyebut nama itu. Bagaimana tidak, kini aku kembali mendapati sosok Sehun. Sehun yang kini berniat menyebrang jalan. Mataku terus mengikuti sosoknya. Ponsel ditangannya menjadi pusat konsentrasinya. Dia terlihat buru-buru. 

              Andwae Sehun-a!!! Aku memekik tanpa sadar. Sehun tengah menyebrang jalan, namun dari arah sampingnya, terlihat sebuah mobil dengan kecepatan tinggi terus berjalan mendekati sosok Sehun. 

              Kubuang kasar cup bubble tea yang masih berisi dan berlari sekencang mungkin kearah Sehun. Telingaku bisa mendengar suara-suara riuh dari para pengguna jalan. “ Aku harus menyelamatkan Sehun”  Hanya itu yang ada didalam otakku sekarang. 

              Brakk!!!

              Berhasil! Aku berhasil mendorong Sehun ke pinggir trotoar. Tapi aku...aku merasakan sakit yang amat sangat disekujur tubuhku. Tulangku seperti tak berbentuk tulang lagi. Rapuh dan hilang. Aku merasa ada cairan hangat yang keluar dari kepalaku. dan...rasa damai dihatiku. Damai karena kini aku berada dipelukan orang yang sangat kurindukan, Oh Sehun.

              “ S-sehun...A-apa kau baik-baik saja?” desahku berusaha mengeluarkan semua tenagaku. Aku menatap wajah tampannya yang diselimuti kekhawatiran dengan senyum tulusku. 

              “ Bodoh! Mengapa kau melakukan ini?! Dasar bodoh!” bentaknya. Kutau, ia tak bermaksud membentakku. Ia hanya terlalu khawatir saja. Kuusap pipinya dengan lembut. 

              “ Siapapun! Panggilkan ambulance! Segera!!!” teriaknya. Namun teriakannya lama kelamaan semakin melemah dipendengaranku. Bayang wajahnya pun kini terganti menjadi bayangan hitam.


              “ Luhannie, kumohon bertahanlah. Tuhan, kumohon kuatkan Luhanku,” lirihku sembari mondar-mandir gelisah tepat didepan UGD. Aku ditemani oleh orang-orangku. Mereka dengan cepat melesat kelokasi kejadian dan menolongku dan Luhan. Ternyata, mobil yang hampir membuatku celaka ialah mobil dari pesaing bisnis keluargaku. Mereka memang berniat mencelakakanku dengan berusaha menabrakku. 

              “ Tuan Muda, tenanglah. Kuyakin Luhan pasti selamat,” Pak Kim, asisten pribadiku berusaha menenangkanku. Ia jugalah yang membawa sosok Luhan kedalam kehidupanku. 

              “ Aku takut terjadi apa-apa dengannya, Pak Kim. Aku takut kehilangan Luhanku lagi,” balasku melirih. Dadaku akan sangat sakit jika terjadi apa-apa dengan Luhanku. 

              “ Tuan Sehun...” dokter yang menangani Luhan tiba-tiba keluar. Sontak saja aku langsung menghampirinya dengan wajah cemas dan ingin tauku. 

              “ Bagaimana keadaan Luhan, dokter?” tanyaku cemas. 

              “ Ia banyak kehilangan darah. Stok darah bergolongan O sedang kosong. Adakah diantara anda yang bergolongan darah O?” Tanya di Dokter menatap semua yang ada dihadapannya. 

              “ Aku! Golongan darahku O! Ambil sebanyak yang Luhan butuhkan!” sergahku mengulurkan lenganku. Dokter mengangguk dan akhirnya aku mengikuti seorang suster yang bertugas mengambil darahku. Aku rela memberikan darahku pada Luhan. Aku ingin Luhan tetap hidup. Aku ingin Luhan tetap bersamaku selamanya.
©           
                  Tit...Tit...Tit...Tit...
              Proses penyelamatan Luhan berhasil. Syukurlah kami tepat waktu membawa Luhan. Jika tidak, Luhan bisa-bisa meninggal. Segeralah aku menepis jauh-jauh kemungkinan buruk itu. Tangan bekas jarum transfuse masih sedikit nyeri. Tapi, aku tidak peduli. Rasa senangku terlalu besar untuk merasakan sakit ditanganku. 

              “ Luhanku tidak berubah. Tetap manis, imut, dan yeppeo,” bisikku lalu diakhiri seulas senyumku. Tangannya tak luput sedikitpun dari genggamanku. Tatapanku terus terpaku pada sosoknya yang manis. 

              “ Luhannie, cepatlah sadar. Aku sangat merindukanmu. Cepatlah sembuh agar kita bisa menghabiskan waktu bersama lagi,” bisikku padanya seolah ia mendengar bisikanku. 

              “ Tuan Muda, dimana aku harus meletakkan tas anda?” Pak Kim memasuki ruang inap Luhan. Aku sengaja memesan kamar termahal agar Luhan nyaman dan privasiku terjaga. Aku menoleh kearahnya dan tersenyum.

              “ Letakkan di kursi saja, Pak Kim. Terima kasih,” ucapku padanya. 

              “ Kalau ada sesuatu yang Tuan Muda butuhkan, Tuan Muda bisa menghubungi saya. Kalau begitu, saya permisi dulu, Tuan Muda,” pamitnya padaku. Aku hanya mengangguk dan tersenyum saja. Tak lama, sosoknya menghilang menyisakan aku dan Luhanku saja. 

              Aku mengambil cuti tanpa sepengetahuan Abeoji. Syukurnya lagi, Abeoji sedang berada di Amerika. Aku juga menyuruh semua orangku untuk merahasiakan ini semua terlebih lagi Pak Kim. Kutinggalkan Luhanku sementara waktu untuk membersihkan diri dan mengganti pakaianku. Aku tidak mau saat Luhanku sadar, ia melihatku dalam keadaan lusuh seperti ini. 

              Ranjang yang ada di kamar inap Luhan berukuran king size. Aku menidurkan diriku disamping Luhan tanpa menggeser posisinya sedikitpun. Kupeluk tubuhnya pelan. Aku tau, tubuhnya masih terasa sakit. Kuusahakan pelukanku tak membuatnya merasa kesakitan. Hangat tubuhnya masih seperti dulu. Nafas tidurnya yang lembut juga masih sama. Aroma bayinya juga lagi-lagi masih sama. Aku bersyukur Luhanku tidak berubah. 

              “ Kau tau, betapa bahagianya aku sekarang. Akhirnya kita bisa bertemu lagi. Aku berjanji tidak akan membiarkanku pergi lagi,” ucapku padanya. Kucium pelan bibirnya dan kuusap kepalanya yang berbalut perban dengan lembut. 

              Kusandarkan kepalanya didadaku dan berusaha membuatnya nyaman. Kini, aku bisa kembali tidur tenang karena Luhan telah berada dalam pelukanku lagi. Xi Luhan telah kembali pada Oh Sehun...
©           
Ah! Kepalaku terasa berat dan sakit sekali. Seperti ada sebuah bongkahan batu besar yang bertengger manis diatas kepalaku. Pandanganku terasa sangat silau. Satu yang kutau, ternyata aku masih hidup. Kucoba membuka mataku perlahan-lahan. Silau sekali. 

Namun, tanganku terasa hangat dan nyaman sekali. Genggaman ini, rasanya tak asing untukku. Kutolehkan pandanganku kepada orang yang mengenggam tanganku. Oh Sehun...ya, Oh Sehun tengah tersenyum kearahku. Senyum yang sangat kurindukan selama setahun terakhir ini. Sosok yang membuatku hampir mati karena merindukannya. Sosok yang kucintai dan mencintaiku. Oh Sehun, Tuan Muda Tampanku. 

“ S-sehun...Ma-,” 

“ Jangan katakan! Aku minta maaf,” ia langsung menyanggah dan mengucapkan kata yang seharusnya diucapkan olehku. Aku menggeleng lemah. 
 
“ Maaf meninggalkanmu, Sehun-a. Aku melakukannya karena...” 

“ Aku tidak mau mendengar alasan apapun darimu, Lu. Yang terpenting untukku sekarang, kau berada bersamaku. Kembali di sisiku, kembali bersamaku,” sanggahnya lagi. Aku menatapnya dengan senyum bahagiaku. Mengapa Ia sungguh baik padaku?

“ Bisakah kau berjanji untuk tidak pernah meninggalkanku lagi? Kau tau, betapa sedihnya aku kehilanganmu dulu? Betapa tersiksanya aku tanpamu dulu? Betapa aku sangat merindukan sosokmu,” ujarnya menatapku intens. 

“ Aku berjanji, Sehun-a. Aku tidak akan meninggalkan Sehun lagi. Aku juga tak bisa kalau tanpa Sehun. Aku juga sangat merindukan Sehun. Aku juga sangat tersiksa tanpa Sehun,” jawabku lemah. 

Ia tersenyum lembut sekali. Ia lalu memelukku yang dalam keadaan tidur. Aku memeluk tubuhnya posesif. Akhirnya, aku bisa memeluk Sehun lagi. Aku bisa memanjakan diriku dengan pelukan hangatnya, aroma khas tubuhnya, dan semua yang ada padanya. Ia menangkup wajahku dan mencium bibirku lembut sekali. Kurasakan betul cinta diantara kami bersatu oleh ciuman lembut ini.

“ Cepatlah sembuh, Lu. Aku tidak sabar mengajakmu bermain dan menghabiskan waktu bersama lagi,” pintanya mengusap pipiku pelan. Aku mengangguk dan memegang tangannya yang ada dipipiku. 

“ Sehunnie tidak bekerja hari ini?” tanyaku padanya. 

“ Tidak. Aku menyerahkan semua pekerjaan pada asistenku dulu. Aku ingin fokus menjaga Luhannie dulu sampai Luhannie sembuh,” jawabnya tersenyum manis. Aku terkekeh pelan. 

“ Ish! Aku ini bukan bayi lagi. Lagipula, akan ada suster dan dokter yang akan merawatku,” balasku menjulukan lidahku. 

“ Aku tetap mau merawat Luhannie. Titik. Orang sakit jangan banyak membantah,” sanggahnya cepat sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Sikap keras kepala Sehunnie tidak pernah membuatku marah. Sikap keras kepala itu selalu membuatku jauh lebih menyayangi pemuda yang lebih muda 2 tahun dariku ini.
©           
                  “ Sehunnie mau kemana?” Tanya Luhan ketika Sehun melepas genggamannya dan kini dalam keadaan berdiri. 

              “ Aku baru ingat aku harus mengurus administrasi. Aku keluar sebentar ya,” pamit Sehun tersenyum lembut sembari tangannya mengusap pipi Luhan. 

              “ Jangan lama-lama, ya,” pinta Luhan lemah. Sehun hanya mengangguk sembari terus tersenyum. Kini Sehun telah keluar dan meninggalkan Luhan seorang diri didalam kamar inap yang telah 3 hari ini ia tempati sejak kecelakaan itu.
              .
              .
              .
              Kriekkk...

              “ Sehunnie...” panggil Luhan. Tapi ternyata bukan Sehun yang membuka pintu melainkan Kris, Abeoji Sehun. Nafas Luhan langsung tercekat. Rasa nyut-nyut dikepalanya semakin menyakitkan. Ia kaget dan takut. 

              “ T-tuan B-besar...” geming Luhan dengan suara bergetar. Kini ia meremas selimutnya kencang dan terpaku menatap sosok Kris yang semakin mendekatinya. 

              “ Tidak usah takut, Luhan. Aku tidak akan melakukan sesuatu yang buruk padamu,” selahnya pelan lalu menduduki kursi yang biasanya Sehun duduki. Luhan hanya menelan salivanya sambil terus memperhatikan gerak-gerik Kris. 

              “ Sebenarnya, aku kesini untuk meminta maaf padamu, Luhan,” lanjutnya. Kini matanya menatap kearah Luhan. Tatapan tulus dan menyesal.

              “ M-maksud Tuan Besar apa?” Tanya Luhan berhati-hati.

              “ Aku ingin minta maaf karena sempat memisahkan kalian. Aku sadar, selama ini aku telah menjadi Abeoji yang buruk untuk Sehun. Aku terlalu otoriter sehingga aku mengesampingkan kebahagiaan Sehun. Dan sekarang aku sadar, kebahagiaan Sehun anakku ialah nomor satu untuk seorang Abeoji sepertiku,” jawabnya lemah. Kepalanya sedikit tertunduk. Raut wajahnya menampakkan kejujuran atas pengakuan kesalahannya. 

              “ Tuan Besar, Saya mengerti perasaan anda. Anda pasti selalu ingin yang terbaik untuk Sehun. Saya pikir, Sehun pasti mengerti maksud anda,” tutur Luhan pelan dan lembut. 

              “ Aku juga ingin berterima kasih padamu, Luhan. Terima kasih karena telah menyelamatkan Sehun, anakku. Kalau kau tidak ada, aku tidak tau nasib Sehun sekarang seperti apa dan betapa menyesalnya aku tak bisa melindungi Sehun, putraku,” tambahnya lagi. Ia tersenyum pada Luhan. 

              “ Saya sangat menyayangi Sehun, Tuan Besar. Dan saya bahagia karena bisa menyelamatkannya dari bahaya,” jawab Luhan seadanya sambil tersenyum.

              “ Mulai saat ini, berjanjilah untuk selalu berada di sisi Sehun, putraku. Jagalah dia, perhatikannlah dia, sayangi dan cintailah dia. Ternyata aku baru sadar, kau adalah alasan dia berjuang selama ini. Dan mulai sekarang, tetaplah bersamanya. Apapun keinginan Sehun sekalipun itu abnormal, aku akan tetap mendukungnya selama itu untuk kebahagiaan Sehun, putraku. Bisakah?” aju Kris sedikit memohon pada Luhan. 

              “ Saya berjanji, Tuan Besar. Mulai saat ini, saya akan tetap berada di sisi Sehun. Menjaga dan mencintai Sehun sepenuh hati saya. Terima kasih atas kemurahan hati Tuan Besar membiarkan Sehun dicintai dan mencintai seorang budak seperti saya, Tuan Besar,” balas Luhan kecil. 

              “ Apapun untuk kebahagiaan putraku, Sehun, akan kulakukan,” sambung Kris teguh. Luhan hanya memberikan senyumnya. Relung hati yang semula sempit, kini meluas dengan restu serta perintah langsung dari Kris untuk menjaga dan mencintai Sehun. 

              “ Luhan, aku harus pamit sekarang. Aku harus kembali ke Amerika. Kutitip Sehun padamu, ya,” pamitnya tersenyum pada Luhan. 

              “ Baik, Tuan Besar. Hati-hati dalam perjalanan anda. Sampai bertemu lagi,” jawab Luhan tersenyum.

              “ Semoga kau cepat sembuh,” kata-kata terakhirnya yang terucap setelah itu ia keluar dan meninggalkan kembali Luhan sendirian.
©           
Urusan administrasi Luhanku sudah selesai. Sebenarnya, aku bisa saja menyuruh anak buah atau asisten pribadiku untuk mengurus semuanya. Tapi, karena ini menyangkut dengan Luhanku, aku rela mengurus semuanya dengan tanganku sendiri. Semua yang mengenai Luhanku, aku akan melakukannya dengan tanganku sendiri. 

A-abeoji...” gumamku ketika dari arah berlawanan, kulihat Abeoji-ku. Tidak! Dia pasti dari kamar Luhanku! Apa yang telah ia lakukan?!

Saat berpapasan, ia menghentikan langkahnya sejenak. Aku menoleh kecil padanya. Kurasakan hangat pada pundakku. Ia menyentuh dan menepuknya pelan lalu kembali berjalan berlawanan arah denganku. Kutolehkan kepalaku kebelakang. Apa maksud semua ini? 

“ Luhanku!” aku teringat akan Luhan. Aku langsung berlari menuju kamar inap Luhanku. Perasaanku benar-benar tidak enak. 

Brak!!!

Kudorong kasar pintu ruang inap Luhan dan langsung menghampiri Luhanku yang terlihat kaget dengan ulahku. Ia hanya menatapku bingung. 

“ Luhan gwencanayo? Apa terjadi sesuatu selama aku pergi tadi? Apa Abeoji melakukan sesuatu yang buruk padamu? Apa dia mengatakan sesuatu yang menyakitkan padamu? Atau jangan-jangan Abeoji...”

Chu~

pertanyaanku yang bertubi-tubi terputus begitu saja karena Luhan telah membungkamku dengan mencium bibirku pelan. Hanya sebentar saja, kemudian ia melepasnya. Ia tersenyum lembut padaku. Tangan mungilnya menuntunku untuk duduk terlebih dahulu. Ia tau aku baru saja berlari. 

“ Yang pertama, aku baik-baik saja. Yang kedua, berhenti berprasangka buruk pada Abeoji-mu. Ia kemari hanya untuk mengatakan sesuatu padaku. Dan itu bukan perkataan yang menyakitkan,” akhirnya Luhanku menjawab pertanyaan dariku. Aku langsung lega dibuatnya.

“ Apa yang Abeoji katakan padamu?” tanyaku mulai penasaran. 

“ Ia bilang padaku untuk berjanji untuk menjaga Oh Sehun, memperhatikan Oh Sehun, Menyayangi Oh Sehun, mencintai Oh Sehun, dan tetap berada di sisi Oh Sehun. Begitu katanya,” jawab Luhan lalu tersenyum kearahku. 

  Raut wajah tegangku kini berubah menjadi seulas senyum lebar yang kuberikan pada Luhanku. Akhirnya, semua ini berakhir. Berakhir dengan bahagia. Abeoji menyetujui hubunganku dengan Luhan. Ternyata, Tuhan memang masih menyayangimu, Oh Sehun. Awalnya memang penuh dengan cobaan dan penderitaan. Tapi, hasil akhirnya begitu membuatku tak mampu berkata apa-apa lagi. 

Kupeluk hangat Luhanku. Ia pun membalas pelukanku. Aku juga berjanji akan selalu menjaga Xi Luhan, memperhatikan Xi Luhan, menyayangi Xi Luhan, mencintai Xi Luhan, dan tetap berada di sisi Xi Luhan selamanya. Oh Sehun dan Xi Luhan forever...
END...tinggalkan jejak ya. salam hangat Autor KK ^.^

2 komentar:

  1. WUAHH . .
    Author. buset keren amat critanya. dari Part1-6 ceritanya slalu berhasil untk mengeluarkan ekspresi/emosional ku.
    Aigoo. salut bgt sama author. makash ya ^_^

    ohh iya. bisa request FF nya Taoris ngga.
    hehehe

    BalasHapus
  2. kereen ff nya min xD lanjutkaan! bikin HunHan yg banyak yaaa^^

    BalasHapus