Tittle : You’re My Reason
Cast : EXO k- Sehun
EXO m- Luhan
EXO m- Kris
EXO m- Xiumin
Autor : KK
PART 1
Luhan
POV
“
Luhann!!!! Cepat kemari!!!” suara membahana dari kepala pembantu Jang membuatku
terkaget-kaget dan tergopoh memenuhi panggilan membahana tersebut.
“
A-ada apa, Kepala pembantu Jang?” tanyaku terlihat bingung.
Kepala pembantu Jang terlihat mengepal
tangannya geram. Wajahnya juga terlihat menyeramkan. “ Lihat hasil kerjamu?!
Terlihat sangat buruk kan?! Iya kan?!” garangnya mengambil piring yang baru
saja dicuci olehku dan menjejalkan itu tepat didepan wajahku. Aku
mengelak-elakkan wajahku dan terlihat sedih.
“
M-maafkan aku. Aku akan mencucinya kembali,” sesalku.
“
Cepatlah selesaikan! Dasar budak bodoh! Dari dulu kau selalu menyusahkan! Aku
heran, hingga saat ini belum ada yang ingin membelimu! Huh!” cibir dan
sindirnya membuatku tertunduk sedih. Kepala pembantu Jang lalu meninggalkanku begitu
saja tanpa sedikitpun memikirkan perasaanku. Bukan kali pertama Kepala pembantu
Jang menghinaku seperti ini. Tapi, karena statusku yang rendah, aku hanya bisa
menerimanya. Jika bukan karenanya, aku tidak akan bisa bertahan hidup seperti
sekarang ini.
Aku
Xi Luhan. Dan aku seorang budak semenjak aku terlahir di dunia ini. Aku hanya
tau namaku Xi Luhan. Aku tidak tau siapa orang tuaku dan darimana asalku. Yang
aku tau, saat aku lahir, penampungan budak inilah tempat pertama yang terlintas
diingatanku.
Dari
kecil hingga aku berumur 19 tahun sekarang ini, aku tinggal dan menetap di desa
kecil bernama Gwangju, Seoul. Tempatku tinggal ini adalah penampungan budak
yang dilatih untuk menjadi seorang pembantu. Banyak dari orang-orang kaya yang
datang kemari untuk membeli kami, para budak yang telah terlatih. Teman-teman
sebayaku telah banyak yang dibeli dan dipekerjakan. Nasib kami budak tak jauh
berbeda dengan binatang. Kerap disiksa dan dicaci maki. Tapi, itu sudah menjadi
takdir kami para budak.
Aku
tidak pernah membalas jika Kepala pembantu Jang menghinaku. Karena beliau, aku
bisa hidup sampai saat ini. Aku berhutang budi banyak pada beliau. Mungkin, dia
juga sudah bosan melihatku yang belum juga mendapat pembeli untuk
mempekerjakanku.
Hari
berganti hari, jam berganti jam, menit berganti menit, dan detik semakin
berlalu. Aku terus melakukan rutinitasku yaitu terus mendapat bimbingan untuk
menjadi pembantu yang professional. Kali ini tugasku membersihkan taman. Saat
sedang membersihkan taman, tiba-tiba pandanganku teralihkan.
“
Wah...orang ini pasti sangat kaya. Mobilnya licin dan mewah sekali. Bekerja
sampai matipun tak akan bisa membeli mobil sebagus itu,” pujiku menggumam kecil
dengan tatapan terpana pada mobil yang mewah dihalaman tempat penampungan yang
baru saja terparkir.
Luhan POV end
“ Selamat datang ditempat penampungan kami, Tuan Kim. Silahkan
melihat-lihat. Jika ada yang menurut anda cocok, segeralah memberitahu saya,”
sambut Kepala pembantu Jang dengan senyumnya yang merekah-rekah.
“
Baiklah,” jawab Tuan Kim. Pria tua berkacamata dengan setelan jas yang pastinya
mahal berwarna abu mulai mengedarkan pandangannya manakala mulai berjalan atas
panduan kepala pembantu Jang. Pria tua itu terlihat sangat ramah dengan
senyumnya, begitu menurut Luhan.
“
Siapa anak itu?” Tanya Tuan Kim membuat Kepala pembantu Jang berhenti berbicara.
Sambil berjalan dengan Tuan Kim, ia juga menjelaskan tentang tempat penampungan
budak ini.
“
Anak yang mana, Tuan?” Tanya Kepala pembantu Jang.
“
Anak yang sedang menyapu halaman itu? Siapa dia? Apa dia juga salah satu dari
budak disini?” ujarnya memperjelas maksudnya. Kepala pembantu Jang mengangguk
mengerti.
“
Anda benar, Tuan Kim. Itu Xi Luhan, salah satu budak ditempat kami. Xi Luhan,
19 tahun, dan anak yang sangat rajin,” Kepala pembantu Jang menjelaskan sedikit
tentang Luhan.
“
Aku mau membeli dia. Segera uruskan semua surat-suratnya,” pinta Tuan Kim
final. Senyum Kepala pembantu Jang merekah bagai roti. Permohonannya akhirnya
terkabul akan ada juga orang yang akan membeli Luhan.
“
Dengan senang hati, Tuan Kim. Silahkan anda berjalan-jalan melihat-lihat
suasana penampungan kami. Saya akan mengurus semuanya terlebih dahulu,” pamit
Kepala pembantu Jang.
©
“
Jinjayo?! Akan ada orang yang
membeliku?” kagetku ketika Kepala pembantu Jang memberitahu kabar gembira
untukku.
“
Iya. Cepat bereskan semua barangmu dan segera temui pembelimu. Ingat, jangan
membuatku malu! Kau mengerti?” sinisnya namun aku membalasnya dengan senyuman
dan segera melaksanakan perintahnya. Untuk seorang budak, mendapatkan pembeli
ialah penghargaan untuk kami. Setidaknya masih ada orang yang membutuhkan kami.
Ya, walaupun hanya untuk diperintah-perintah.
Aku
sudah selesai dengan semua barangku, dan kini aku memandang keseluruh kamarku
yang sangat kecil dan sumpek. Mungkin menurut banyak orang, kamarku ini sama
saja dengan gudang tempat barang rongsokan. Aku lalu meninggalkan kamarku dan
siap menemui siapa tuanku selanjutnya.
“ Omo, dia tuan yang mempunyai mobil mewah
itu. Apa dia yang menjadi tuanku?” batinku terdiam. Aku langsung tersadar
manakala Kepala pembantu Jang menyenggolku dengan kasar.
“
A-anyeonghaseyo, Xi Luhan imnida,” ucapku memperkenalkan diriku
dengan membungkukkan badan sedalam mungkin.
“
Anyeonghaseyo. Mulai sekarang, aku
akan menjadikanmu pembantu dirumah seseorang. Sekarang, berpamitlah dan kita
segera pergi ke tempat kerjamu,” ucapnya ramah sekali. Tak ada gelagat ia
melecehkan ataupun menganggapku rendah.
Akupun
berpamitan dengan seluruh penghuni penampungan ini beserta Kepala Pembantu Jang
juga. Saat berada tepat didepan mobil mewah tadi, aku menggunakan tanganku
dengan hati-hati untuk menyentuh mobil tersebut. Aku semakin takjub dibuatnya
ketika aku melihat isi dalam mobil ini. Aku pernah naik mobil, tapi mobil
pengangkut sayuran. Ini kali pertamaku naik mobil super mewah seperti ini. Mobil
mewah ini pun berjalan menjauhi penampungan dan menuju Seoul.
“
Maaf atas kelancanngan saya, Tuan. Tapi, dimanakah kelak saya akan bekerja? Apakah
dirumah Tuan?” Tanyaku sopan dan menunduk. Tidak begitu etis bagi budak untuk
bertanya-tanya kepada tuannya.
“
Bukan, kau tidak bekerja dirumahku. Kau akan bekerja dirumah Tuan muda. Anak
dari pimpinan perusahaan tempatku bekerja. Kuharap, kau bisa mengawasinya. Aku
berharap lebih padamu, Luhan,” ucapnya terus berkonsentrasi dalam menyetir.
“
Suatu kehormatan untuk saya, Tuan. Tuan sangat baik pada saya, sudah seharusnya
saya melaksanakan perintah ini, Tuan,” balasku kecil dan sopan.
Beberapa
jam kemudian, Sampailah kami di Seoul. Sangat berbeda. Seoul begitu gemerlap
ditengah malam yang gelap. Begitu metropolitan, begitu ramai, begitu hidup, dan
begitu indah. Ini kali pertama aku melihat langsung kota Seoul, kota impian. Dibenakku,
sebenarnya aku penasaran tentang siapa yang akan menjadi Tuanku nantinya.
Seperti apa sosoknya membuatku sangat penasaran. Tiba-tiba mobil berhenti
membuatku tersentak kaget.
“ Turunlah. Kita sudah sampai,” ujar Tuan
Kim. Kepalaku tetap tertunduk hingga dapat kurasakan poniku menyentuh bulu
mataku.
“
Wah...apakah ini sebuah rumah? Ini terlihat seperti istana. Megah dan indah
sekali,” pujiku terlontar begitu saja. Tawa ramah Tuan Kim sontak keluar.
“
Maaf atas kata-kata saya, Tuan Kim,” sanggahku meminta maaf karena telah
berkata yang tidak-tidak.
“
Tidak apa-apa. Ayo masuk,” ajaknya. Kami sambut oleh beberapa pelayan dan
berseragam rapi sekali. Aku berkali-kali membungkukkan badanku kepada
pelayan-pelayan ini. Setidaknya derajat mereka lebih tinggi dibandingkan
denganku yang hanya seorang budak. Tuan Kim lalu meninggalkanku setelah
menjelaskan seluruh tugasku. Ahn ahjumma,
selaku kepala pembantu dirumah ini. Dia berbanding terbalik dengan kepala
pembantu Jang. Baik dan ramah sekali.
“
Luhan, kau berasal dari mana?” Tanya salah seorang pembantu saat kami makan
malam bersama di dapur belakang.
“
Aku berasal dari penampungan budak di Gwangju,” ucapku tersenyum ramah pada
mereka.
“
Gwangju? Tapi, sejujurnya kau tidak terlihat seperti budak. Disini, kita semua
sama saja. Tidak ada istilahnya budak. Kau mengerti?” ucap mereka semua. Aku
tersentuh. Masih ada orang yang begitu menghargaiku seperti ini.
“
Terima kasih. Terima kasih atas kebaikan kalian. Aku senang bisa bertemu dengan
orang-orang sebaik kalian,” balasku tulus.
“
Bisakah kalian memberitahuku tentang tuan muda?” pintaku pada mereka.
“
Tuan muda adalah orang yang dingin. Jarang berbicara dan kami sangat jarang
melihatnya tersenyum. Sangat tertutup. Tak ada yang bisa menebak seperti apa
Tuan muda. Dia tidak jahat, namun hanya terlalu misterius. Walau masih berumur
17 tahun, ia sudah belajar banyak hal untuk dipersiapkan menjadi penerus
perusahaan kelak. Kadang aku kasihan melihatnya. Masih semuda ini telah
menanggung beban seberat itu”
“
Seperti itu, ya. Dia terdengar sangat kesepian. Kasihan Tuan muda,” desisku
membayangkan betapa tersiksanya menjadi Tuan Muda.
“
Tapi...kau akan sangat terpesona ketika pertama kali melihat Tuan Muda. Tuan
Muda itu sangat tampan dan berkharisma. Jika kau melihatnya, kau pasti akan
terpesona,” ucap salah satu pembantu yeoja.
“
Tapi, daritadi aku belum melihat Tuan Muda. Dimana dia?” tanyaku lagi.
“
Dia masih di belum pulang. Mungkin sekarang masih belajar tentang bisnis. Ia
selalu pulang malam. Sekarang, tugasmu membukakan pintu untuk Tuan Muda. Iya
kan?”
Aku
hanya mengangguk kecil lalu kembali memakan makan malamku. Selesai makan malam,
aku diberikan satu set seragam khusus pembantu dan mengantarku menuju kamarku.
Kamar ini kecil namun jauh lebih baik dari kamarku di penampungan. Bahkan aku
pikir kamar ini terlalu mewah untukku.
“
Bersihkan dirimu dan ganti pakaianmu dengan seragam itu. Setelah itu, temui aku
diruang depan. Mengerti?” tutur Kepala Pembantu Ahn ramah padaku.
“
Ne, Kepala Pembantu Ahn. Kamsahamnida,” jawabku membungkukkan
badanku kepadanya.
Air
yang mengguyur tubuhku terasa begitu segar sekaligus perih. Saat kupegang
lenganku, luka tersebut masih terasa sangat sakit. Iya, aku sering dipukuli
saat di penampungan. Tubuhku yang putih terlihat sangat kontras dengan
bilur-bilur kebiruan dan bekas luka yang menghiasinya.
Kini
aku berdiri didepan kaca sambil menatap tubuhku. Aku tidak begitu tinggi.
Rambutku berwarna coklat dan berponi. Wajahku terlihat tampan sekaligus cantik
dengan mata besar berbulu mata lentik, hidung mungil yang bangir, dan bentuk
bibir yang sangat kusukai. Secara keseluruhan, aku lebih terlihat cantik
daripada tampan.
Setelah
aku menggunakan semuanya, aku keluar memenuhi suruhan Kepala Pembantu Ahn tadi.
Sampai disana, ia belum tampak. Syukurlah. Hanya beberapa menit selang
kedatanganku, ia pun tiba.
“
Tugasmu ialah setiap malam harus menunggu Tuan muda hingga pulang. Kau yang
bertugas membukakan pintu untuknya. Tidak hanya itu, penuhi semua keinginannya.
Kau yang melayaninya saat malam dia pulang kerumah. Mengerti?” tuturnya
memaparkan tugasku.
“
Saya mengerti, Kepala Pembantu Ahn,” jawabku menundukkan kepalaku.
“
Selamat bertugas, Luhan. Aku mempercayakan Tuan Muda padamu,” ucapnya
meninggalkanku sendirian diruang tengah. Kubungkukkan badanku mengantar
kepergiannya. Sekarang hampir menunjukkan tengan malam. Sambil menunggu tuan
muda, aku melihat-lihat apa yang ada di ruang tengah ini. Aku hanya berani
melihat saja. Seluruh barang diruangan ini sangatlah mahal. Aku tak punya
keberanian untuk menyentuh barang-barang ini.
“
Wah...neomu kyeopta,” desisku kecil
ketika melihat foto-foto kecil yang pastilah itu Tuan Muda saat masih kecil. Ia
terlihat sangat lucu. Aku sampai gemas sendiri melihat foto-foto itu.
Tengah
malam sudah, tapi Tuan muda belum pulang juga. Aku mulai terserang kantuk
sedikit demi sedikit. Kini aku terduduk dikursi samping pintu utama. Kursi yang
disediakan untukku. Entah yang keberapa kalinya sudah aku menguap. Kantuk
benar-benar telah menguasaiku. Perlahan tapi pasti, aku akhirnya tertidur tak
sadarkan diri lagi.
TBC...next part...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar