Wellcome To My Blog and enjoy

Minggu, 10 Maret 2013

HUNHAN FF-You're my reason part 4



PART 4       
  
              2 Minggu sudah aku dan Luhan menjadi sepasang kekasih tanpa ada yang tau. Didepan para pelayan yang lain, aku tetap memperlakukan Luhan seperti biasa. Aku memutuskan untuk tidak lagi membawa serta Luhan bersamaku. Aku khawatir ia lelah karena mengikuti jadwalku yang hingga larut malam. Tapi walau jadwalku melelahkan, aku tetap bahagia karena Luhanku. 

              “ Sehunnie, irreona. Kau harus pergi sekolah, bukan?” Tangan kecil Luhan menggoyangkan lenganku berharap aku terbangun. 

              Sret...

              Dalam sekejap kutarik Luhan dan kujadikan ia bantal pelukku. Ia sempat mengelak, namun tenagaku jauh lebih besar darinya, alhasil dia pasrah dan terus berusaha membangunkanku. 

              “ Se-sehunnie, lepaskan. Ayo bangun, nanti kau terlambat,” bisiknya pelan. Nafasnya seperti biasa selalu wangi mint bercampur cherry. Aku sangat menyukainya. 

              “ Sebentar saja, Lu. Aku ingin memeluk pacarku dulu. Aku takut dia merindukanku nantinya,” ujarku pelan tanpa membuka mataku. Walau tak melihatnya, aku bisa merasakan jika ia pasti telah blushing. Kuputuskan untuk membuka mataku. Benar saja, ia blushing. Wajahnya mengerut lucu. Aku gemas melihat wajahnya yang seperti ini. Benar-benar imut. Aku masih tidak percaya jika ia lebih tua dua tahun dariku. 

              Ppalli irreona, Sehunnie. Nanti kau terlambat,” ucapnya lembut dan terdapat nada malu disana.  

              “ Baiklah, Lu. Aku sudah bangun,” aku mengalah dan kini telah berdiri lalu disusul olehnya. Seragamnya sedikit kusut akibat ulahku. 

              “ Mandilah dan aku akan membawakan sarapanmu,” ujarnya lagi dengan senyum manisnya. Dia masih sedikit salah tingkah dan belum terbiasa dengan perlakuanku padanya. 

              “ Baiklah, Lu,” jawabku sambil mencubit pipinya pelan. Ia kembali blushing dan cepat-cepat keluar dari kamarku. 

              “ Pacarku imut sekali. Tak akan pernah bosan melihatnya,” desahku menatap kepergiannya. Aku lalu menanggalkan piyamaku dan bersiap untuk mandi. 

              Beberapa saat kemudian selesailah aku dengan kegiatan siap-siapku. Kini aku telah menggunakan seragam sekolah serta memakai kaus kakiku. Aku hanya tinggal menunggu Luhanku muncul dan membawakan sarapan untukku. Tak lama, Akhirnya Luhanku datang beserta nampan berisi sarapanku. 

              “ Ini sarapannya. Selamat makan,” ucapnya meletakkan sarapan itu di atas kasur tempatku duduk sekarang. Ia berniat keluar namun dengan cepat langsung kujegat tangannya.

              “ Temani aku sarapan, Lulu,” pintaku padanya. Ia lalu mengangguk dengan senyum lucuya. 

              Betapa menyenangkannya sarapan pagi jika ditemani oleh seorang makhluk manis seperti Luhanku. Senyum manis serta mata indahnya memanjakanku ketika menatapnya. Wajahnya yang manis semakin membuatku tak bosan untuk terus menatapnya. 

              “ Aku selesai. Aku berangkat ya, Lu,” ucapku padanya. Ia terlihat mengangguk kecil. 

              “ Sehunnie...” panggilnya lembut membuatku berbalik dan kembali menghampirinya. Kini aku berdiri didepannya dan menunggu apa yang akan dia katakan. Kepalanya yang semula tertunduk kini terangkat dan tak kusangka-sangka, ia mendaratkan bibir manisnya tepat dibibirku. Aku tak begitu suka makanan manis, namun jika disuguhkan bibir Luhan yang manis, aku tidak bisa menolak. Aku mematung dan akhirnya Luhan melepas ciumannya. 

              “ Ng..t-tadi, ada susu yang masih menempel di bibir Sehunnie. M-maaf,” kicaunya lembut dan kecil dengan kepala tertunduk. Telinganya saja memerah, apalagi wajahnya sekarang. Kuyakin sudah sangat merah menahan malunya. 

              “ Hm...jadi Luhan sekarang sudah berani mencium Tuan Muda tampan ini terlebih dahulu. Katakan, apa benar tadi ada susu yang menempel atau...” godaku terus memajukan langkahku sementara Luhan yang tertunduk memundurkan langkahnya. 

              “ Bu-bukan begitu, S-sehunnie. Luhan...Luhan hanya...”

              Dug!

              Posisi bagus. Aku berhasil memojokkan Luhan hingga sudut kamarku. Karena punggungnya menyentuh tembok, sontak ia langsung mengangkat kepalanya. Disaat itulah, kugunakan kesempatan untuk melahap bibir manisnya. Bibir manis melebihi coklat termahal di dunia sekalipun. Kulumat pelan setiap inci dari bibir manis Luhan, kekasihku. Kutau, ia belumlah berpengalaman dalam hal seperti ini. Luhan hanya bisa melumat kecil bibirku saja. Lucu sekali. 

              “ S-sehun-nie...” desahnya tertahan. Kurasa ia telah kehabisan nafas. Kulepaskan bibirku setelah melumat habis bibirnya yang kecil namun manis. Wajahnya langsung tertunduk dan menjadi sangat merah. Kuulurkan tanganku untuk mengangkat wajahnya dan menatapnya. Wajahnya bertambah cantik dengan semburat-semburat merah itu. 

              “ Pacarku cantik sekali. Saranghaeyo, baby Lu,” ucapku lalu mengecup pelan dan singkat pucuk hidung kecilnya. 

              “ B-berhenti menggodaku, S-sehunnie. Cepatlah ke sekolah. Nanti kau terlambat,” tuturnya terbata-bata. Bibirnya terlihat masih sangat merah karena ulahku tadi. Aku terkekeh kecil.

              “ Baiklah. Aku pergi ya. Tunggu aku pulang ya, Baby Lu,” ucapku memeluknya lalu mengecup singkat pipinya.   
©           
Malam tiba. Aku kembali menjadi petugas untuk membukakan pintu untuk Sehun. Aku mulai sedikit terbiasa dengan memanggil namanya semenjak aku dan Sehun berpacaran. Berpacaran ya. Setiap mengingat kata itu, aku pasti tersenyum-senyum. Tiba-tiba aku mengingat kejadian tadi pagi dimana aku berinisiatif untuk mencium bibir Sehun dengan alasan yang sangat bodoh. Dan karena kebodohanku, aku mendapat hukuman dari Sehun berupa ciuman yang sampai saat ini masih terasa jelas di bibirku. 

“ Ah! Itu pasti Sehunnie,” aku tersadar dan langsung membuka pintu begitu mendengar deru suara mobil yang membawa Sehun pulang. Benar, itu Sehun. 

Kubuka pintu dan memberinya senyuman hangat. Wajahnya yang lelah memang terlihat, namun ia tetap membalas senyumku dan ia memelukku hingga tubuhku menghangat. Kurasakan, ia menyesapkan kepalanya di sekitar leherku. 

“ Aku merindukanmu, Lu,” bisiknya lembut tepat ditelingaku. 

N-nado, Hunnie,” jawabku pelan. Aku lalu menutup pintu setelah Sehun melepas pelukannya padaku. 

“ Kau mau kemana, Lu?” tanyanya padaku. 

“ Aku akan membuat susu dan beberapa potong buah untuk Sehunnie. Nanti aku menyusul, ne,” balasku tersenyum padanya.
.
.
.
Aku membawa nampan dan memasuki kamar Sehun. Tak ada siapapun. Yang terdengar hanya bunyi shower dikamar mandi. Dia sepertinya sedang mandi. Kuletakkan nampan tersebut dan merapikan seragam serta tas Sehun yang masih tertaruh asal. Kugantung baju sekolahnya pada hanger dan kuletakkan dibelakang pintunya. Aku juga merapikan tempat tidurnya yang sedikit berantakan. 

“ Luhan sayang...” suara Sehun terdengar tepat di belakangku. Kini ia memeluk perutku dan menyandarkan kepalanya di bahu kecilku. Wangi shampoo serta sabunnya menyeruak masuk ke hidungku. Segar dan harum sekali. Kuberanikan mengenggam tangannya yang berada di perutku. 

“ Hmm? Ada apa, hunnie?” tanyaku pelan. Ia menggeleng kecil dan memelukku semakin erat. 

“ Keringkan dulu rambutmu, Hunnie. Nanti Sehun sakit,” saranku padanya. Ia lalu melepas pelukannya dan menyuruhku mengeringkan rambutnya dengan handuk miliknya. Walau rambutnya dalam keadaan berantakan, Sehun tetap manusia tertampan di mataku. Mata sendunya terus menatapku seolah jika ia berkedip aku akan menghilang seketika. 

“ Lu, sepertinya pemandangan diluar sedang bagus. Kita keluar, yuk,” ajaknya padaku. Ia lalu mengenggam tanganku dan membawanya ke Balkon kamarnya. Benar saja, pemandangan sedang sangat bagus dengan full moon yang indah sekali.

“ Hwa~ Jeongmal yeppeoda,” kagumku menongak keatas dimana full moon dikelilingi banyak bintang diatas langit sana. 

“ Oh, neomu yeppeo. Geundae, nae Luhannie jauh lebih yeppeo,” pujinya jelas sekali ditelingaku. Aku tak mampu menjawab. Hanya senyum malu serta semburat yang berada di wajahku sekarang ini. Ia lalu memelukku dari belakang dan menopang dagunya di bahuku. Aku sangat menyukai dimana Sehun memelukku dengan hangat dan nyaman seperti ini.

“ Apa kegiatan Sehunnie hari ini sangat melelahkan?” tanyaku padanya.

“ Melelahkan sekali. Pelajaran semakin susah dan membuatku harus ekstra untuk berusaha memahaminya. Tapi, sekarang rasa lelahku sudah hilang. Berkat Luhan yang menjadi penghilang lelahku. Gomaweo, Baby Lu,” balasnya membuatku tertawa kecil. 

“ Memangnya, apa yang aku lakukan sampai rasa lelah Sehun hilang?” tanyaku lagi padanya. Ia memperbaiki letak dagunya berganti menjadi menyesap masuk ke leherku.

“ Kan aku sudah pernah bilang, Luhan itu punya magis. Cukup hanya melihat Luhan saja, sudah membuatku segar kembali,” jawabnya membuatku tertawa lagi. 

“ Luhan-a, bisakah berjanji satu hal padaku?”

“ Berjanji apa, Sehunnie?

“ Tetaplah seperti ini. Tetaplah memperhatikan, menyayangi, dan mencintai Oh Sehun seorang. Jangan pernah meninggalkanku sendirian. Aku tidak tau apa yang bisa kulakukan jika kau meninggalkanku. Yakseok?” bisiknya lemah. Aku lalu mengubah posisiku dan kini berhadapan dengan Sehun. 

“ Luhan berjanji akan selalu menyayangi, memperhatikan, dan mencintai Oh Sehun seorang. Luhan berjanji tidak akan pernah meninggalkan Oh Sehun dan tetap berada disampingnya. Luhan berjanji,” ucapku sambil mengangkat tangan kananku. 

“ Lega sekali mendengarnya. Oh Sehun juga tidak akan pernah meninggalkan Xi Luhan dan akan selalu menyayangi dan mencintai Xi Luhan seorang,” kini gantian Sehun yang mengucapkan janji. Rasa sayang dan cinta serta kesungguhan seorang Oh Sehun membuat air mataku jatuh seketika. 

“ Lu-Luhan...kau kenapa? Mengapa menangis? Apa ada yang salah dengan perkataanku tadi?” Sehun lalu meraih wajahku dengan wajah khawatirnya. Aku menggeleng lalu tersenyum padanya.

“ Aku bahagia. Sangat bahagia sampai rasanya bingung harus bagaimana. Aku bahagia karena masih ada orang yang mencintaiku seperti cara Sehun mencintaiku. Aku merasa sangat berharga, Sehunnie,” ucapku jujur dengan menatap mata Sehun yang teduh. Ia lalu memajukan wajahnya dan mencium bibirku pelan dan lembut sekali. 

“ Sampai kapanpun, Luhan tetaplah berharga dan tak ternilai untuk Oh Sehun. Sampai kapanpun, pacarku yang imut, manis, dan cantik ini tetap milik Oh Sehun,” godanya sambil menatap wajahku lalu mencapit hidungku lembut. 

“ Sudah ya menangisnya. Nanti yeppeo-nya hilang kalau terus menangis,” godanya lagi membuatku tertawa dan wajahku terasa memanas lagi. Kurasakan wajahku disentuh oleh jemari lembut Sehun untuk menghapus air mataku. Mataku tidak bisa lepas dari cengkraman wajah tampan pacarku, Oh Sehun. 

Kini gantian, aku yang mengulurkan tanganku untuk menyentuh wajah kekasihku, Oh Sehun. Lembut dan kokoh, itulah wajahnya. Kutelusuri setiap inci wajahnya yang tampan dan jemariku terhenti pada bibirnya yang tipis, merah, namun memabukkan. 

“ Sebegitu menariknyakah bibir seorang Oh Sehun hingga seorang Xi Luhan terus memegangnya?” ujarnya menggoda membuatku langsung tersadar dan menunduk malu. Ia tertawa puas karena telah berhasil menggodaku. 

“ Dasar PD! Wekk,” balasku menjulurkan bibir bawahku kearahnya. Ia memajukan tubuhnya dan merengkuh tubuhku dalam pelukan hangatnya. Irama detakan jantungnya yang lembut memanjakan telingaku yang bersandar di dada bidangnya. Deru nafas serasa melembut ketika tertangkap oleh gendang telingaku. Semua yang ada pada Sehun, aku menyukainya. 

“ Aku mengantuk, Sehun~” rengekku didalam pelukannya. Pelukan Sehun yang nyaman membuatku mengantuk tiba-tiba.

“ Yasudah, ayo kita tidur. Malam ini, kau tidur bersamaku ya,” pintanya. 

“ Kalau aku tidak mau, bagaimana?” godaku padanya. Ia langsung menatapku tajam dan menyunggingkan senyum evil.

“ Semua pintu telah terkunci secara otomatis. Tak ada jalan keluar untukmu, my little deer,” bisiknya pelan namun membuatku langsung bergidik ngeri. 

Ia lalu mendorongku hingga aku terjatuh di ranjang empuknya. Kurasakan rambutku langsung berantakan. Sehun lalu merentangkan kedua tangannya dan mendekatkan dirinya tepat diatasku. Ia menggunakan tangannya untuk menopang tubuhnya. Jantungku kembali berdetak kencang sekali karena jarak kami sangatlah dekat dalam keadaan tidur pula. 

Andwaeee!!!” pekikku lalu menarik selimut tebalnya dan membungkus seluruh tubuhku hingga aku tak bisa melihat Sehun lagi. 

“ Hahahaha!” tawanya meledak sambil berguling-guling disampingku. Tawanya terdengar geli hingga suaranya berkikik-kikik. Ternyata ia hanya berniat mengerjaiku. 

“ Sehunnie! Berhenti menggodaku! Huh!” kesalku dengan mulut yang manyun. Hanya kepalaku saja yang kusemburkan dari balik selimut. Sehun lalu berbaring tepat disampingku dengan tawa yang masih berada diwajahnya.

Aigoo...uri yeppeo manyun. Uhhh neomu kyepota, nae yeppeo namja,” gemasnya mencubit pipi lalu memelukku gemas. 

“ Ayo tidur~ Besok aku harus bekerja. Ya...ya?” ajakku memelas dengan puppy eyes-ku. 

Arrayo, Baby  Lu,” setujunya lalu membuka selimut ditubuhku dan menjadikan selimut itu menyelimuti kami berdua. Tangan kanannya kugunakan sebagai sanggahan kepalaku dan tangan kirinya memeluk perutku hangat. Kakinya yang panjang juga memeluk kakiku agar tetap hangat. Akupun menggunakan tangan kananku untuk memeluk tubuhnya yang hangat dan wangi. 

Jumuseyo, nae saranghaneul, Luhan,” bisiknya lalu mengecup bibirku pelan. 

Jumuseyo, nae saranghaneul, Sehun,” balasku juga mencium bibirnya cepat. Kamipun tertidur. Tertidur dengan senyum dan kehangatan yang tak ternilai harganya. 
TBC...Next part...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar