PART 4
2 Minggu sudah aku dan Luhan
menjadi sepasang kekasih tanpa ada yang tau. Didepan para pelayan yang lain,
aku tetap memperlakukan Luhan seperti biasa. Aku memutuskan untuk tidak lagi
membawa serta Luhan bersamaku. Aku khawatir ia lelah karena mengikuti jadwalku
yang hingga larut malam. Tapi walau jadwalku melelahkan, aku tetap bahagia
karena Luhanku.
“ Sehunnie, irreona.
Kau harus pergi sekolah, bukan?” Tangan kecil Luhan menggoyangkan lenganku
berharap aku terbangun.
Sret...
Dalam sekejap kutarik Luhan dan kujadikan ia bantal
pelukku. Ia sempat mengelak, namun tenagaku jauh lebih besar darinya, alhasil
dia pasrah dan terus berusaha membangunkanku.
“ Se-sehunnie, lepaskan. Ayo bangun, nanti kau
terlambat,” bisiknya pelan. Nafasnya seperti biasa selalu wangi mint bercampur
cherry. Aku sangat menyukainya.
“ Sebentar saja, Lu. Aku ingin memeluk pacarku dulu.
Aku takut dia merindukanku nantinya,” ujarku pelan tanpa membuka mataku. Walau
tak melihatnya, aku bisa merasakan jika ia pasti telah blushing. Kuputuskan untuk membuka mataku. Benar saja, ia blushing. Wajahnya mengerut lucu. Aku
gemas melihat wajahnya yang seperti ini. Benar-benar imut. Aku masih tidak
percaya jika ia lebih tua dua tahun dariku.
“ Ppalli irreona,
Sehunnie. Nanti kau terlambat,” ucapnya lembut dan terdapat nada malu disana.
“ Baiklah, Lu. Aku sudah bangun,” aku mengalah dan kini
telah berdiri lalu disusul olehnya. Seragamnya sedikit kusut akibat ulahku.
“ Mandilah dan aku akan membawakan sarapanmu,” ujarnya
lagi dengan senyum manisnya. Dia masih sedikit salah tingkah dan belum terbiasa
dengan perlakuanku padanya.
“ Baiklah, Lu,” jawabku sambil mencubit pipinya pelan.
Ia kembali blushing dan cepat-cepat
keluar dari kamarku.
“ Pacarku imut sekali. Tak akan pernah bosan
melihatnya,” desahku menatap kepergiannya. Aku lalu menanggalkan piyamaku dan
bersiap untuk mandi.
Beberapa saat kemudian selesailah aku dengan kegiatan
siap-siapku. Kini aku telah menggunakan seragam sekolah serta memakai kaus
kakiku. Aku hanya tinggal menunggu Luhanku muncul dan membawakan sarapan
untukku. Tak lama, Akhirnya Luhanku datang beserta nampan berisi sarapanku.
“ Ini sarapannya. Selamat makan,” ucapnya meletakkan
sarapan itu di atas kasur tempatku duduk sekarang. Ia berniat keluar namun
dengan cepat langsung kujegat tangannya.
“ Temani aku sarapan, Lulu,” pintaku padanya. Ia lalu
mengangguk dengan senyum lucuya.
Betapa menyenangkannya sarapan pagi jika ditemani oleh
seorang makhluk manis seperti Luhanku. Senyum manis serta mata indahnya
memanjakanku ketika menatapnya. Wajahnya yang manis semakin membuatku tak bosan
untuk terus menatapnya.
“ Aku selesai. Aku berangkat ya, Lu,” ucapku padanya.
Ia terlihat mengangguk kecil.
“ Sehunnie...” panggilnya lembut membuatku berbalik dan
kembali menghampirinya. Kini aku berdiri didepannya dan menunggu apa yang akan
dia katakan. Kepalanya yang semula tertunduk kini terangkat dan tak
kusangka-sangka, ia mendaratkan bibir manisnya tepat dibibirku. Aku tak begitu
suka makanan manis, namun jika disuguhkan bibir Luhan yang manis, aku tidak
bisa menolak. Aku mematung dan akhirnya Luhan melepas ciumannya.
“ Ng..t-tadi, ada susu yang masih menempel di bibir
Sehunnie. M-maaf,” kicaunya lembut dan kecil dengan kepala tertunduk.
Telinganya saja memerah, apalagi wajahnya sekarang. Kuyakin sudah sangat merah
menahan malunya.
“ Hm...jadi Luhan sekarang sudah berani mencium Tuan
Muda tampan ini terlebih dahulu. Katakan, apa benar tadi ada susu yang menempel
atau...” godaku terus memajukan langkahku sementara Luhan yang tertunduk
memundurkan langkahnya.
“ Bu-bukan begitu, S-sehunnie. Luhan...Luhan hanya...”
Dug!
Posisi bagus. Aku berhasil memojokkan Luhan hingga
sudut kamarku. Karena punggungnya menyentuh tembok, sontak ia langsung
mengangkat kepalanya. Disaat itulah, kugunakan kesempatan untuk melahap bibir
manisnya. Bibir manis melebihi coklat termahal di dunia sekalipun. Kulumat
pelan setiap inci dari bibir manis Luhan, kekasihku. Kutau, ia belumlah
berpengalaman dalam hal seperti ini. Luhan hanya bisa melumat kecil bibirku
saja. Lucu sekali.
“ S-sehun-nie...” desahnya tertahan. Kurasa ia telah
kehabisan nafas. Kulepaskan bibirku setelah melumat habis bibirnya yang kecil
namun manis. Wajahnya langsung tertunduk dan menjadi sangat merah. Kuulurkan
tanganku untuk mengangkat wajahnya dan menatapnya. Wajahnya bertambah cantik
dengan semburat-semburat merah itu.
“ Pacarku cantik sekali. Saranghaeyo, baby Lu,” ucapku lalu mengecup pelan dan singkat
pucuk hidung kecilnya.
“ B-berhenti menggodaku, S-sehunnie. Cepatlah ke sekolah.
Nanti kau terlambat,” tuturnya terbata-bata. Bibirnya terlihat masih sangat
merah karena ulahku tadi. Aku terkekeh kecil.
“ Baiklah. Aku pergi ya. Tunggu aku pulang ya, Baby Lu,” ucapku memeluknya lalu
mengecup singkat pipinya.
©
Malam tiba. Aku kembali menjadi petugas untuk
membukakan pintu untuk Sehun. Aku mulai sedikit terbiasa dengan memanggil
namanya semenjak aku dan Sehun berpacaran. Berpacaran ya. Setiap mengingat kata
itu, aku pasti tersenyum-senyum. Tiba-tiba aku mengingat kejadian tadi pagi
dimana aku berinisiatif untuk mencium bibir Sehun dengan alasan yang sangat
bodoh. Dan karena kebodohanku, aku mendapat hukuman dari Sehun berupa ciuman
yang sampai saat ini masih terasa jelas di bibirku.
“ Ah! Itu pasti Sehunnie,” aku tersadar dan
langsung membuka pintu begitu mendengar deru suara mobil yang membawa Sehun
pulang. Benar, itu Sehun.
Kubuka pintu dan memberinya senyuman hangat.
Wajahnya yang lelah memang terlihat, namun ia tetap membalas senyumku dan ia
memelukku hingga tubuhku menghangat. Kurasakan, ia menyesapkan kepalanya di sekitar
leherku.
“ Aku merindukanmu, Lu,” bisiknya lembut tepat
ditelingaku.
“ N-nado,
Hunnie,” jawabku pelan. Aku lalu menutup pintu setelah Sehun melepas pelukannya
padaku.
“ Kau mau kemana, Lu?” tanyanya padaku.
“ Aku akan membuat susu dan beberapa potong buah
untuk Sehunnie. Nanti aku menyusul, ne,”
balasku tersenyum padanya.
.
.
.
Aku membawa nampan dan memasuki kamar Sehun. Tak
ada siapapun. Yang terdengar hanya bunyi shower
dikamar mandi. Dia sepertinya sedang mandi. Kuletakkan nampan tersebut dan
merapikan seragam serta tas Sehun yang masih tertaruh asal. Kugantung baju
sekolahnya pada hanger dan kuletakkan dibelakang pintunya. Aku juga merapikan
tempat tidurnya yang sedikit berantakan.
“ Luhan sayang...” suara Sehun terdengar tepat
di belakangku. Kini ia memeluk perutku dan menyandarkan kepalanya di bahu
kecilku. Wangi shampoo serta sabunnya menyeruak masuk ke hidungku. Segar dan
harum sekali. Kuberanikan mengenggam tangannya yang berada di perutku.
“ Hmm? Ada apa, hunnie?” tanyaku pelan. Ia
menggeleng kecil dan memelukku semakin erat.
“ Keringkan dulu rambutmu, Hunnie. Nanti Sehun
sakit,” saranku padanya. Ia lalu melepas pelukannya dan menyuruhku mengeringkan
rambutnya dengan handuk miliknya. Walau rambutnya dalam keadaan berantakan,
Sehun tetap manusia tertampan di mataku. Mata sendunya terus menatapku seolah
jika ia berkedip aku akan menghilang seketika.
“ Lu, sepertinya pemandangan diluar sedang
bagus. Kita keluar, yuk,” ajaknya padaku. Ia lalu mengenggam tanganku dan
membawanya ke Balkon kamarnya. Benar saja, pemandangan sedang sangat bagus
dengan full moon yang indah sekali.
“ Hwa~ Jeongmal
yeppeoda,” kagumku menongak keatas dimana full moon dikelilingi banyak bintang diatas langit sana.
“ Oh, neomu
yeppeo. Geundae, nae Luhannie jauh lebih yeppeo,” pujinya jelas sekali ditelingaku. Aku tak mampu menjawab.
Hanya senyum malu serta semburat yang berada di wajahku sekarang ini. Ia lalu
memelukku dari belakang dan menopang dagunya di bahuku. Aku sangat menyukai
dimana Sehun memelukku dengan hangat dan nyaman seperti ini.
“ Apa kegiatan Sehunnie hari ini sangat
melelahkan?” tanyaku padanya.
“ Melelahkan sekali. Pelajaran semakin susah dan
membuatku harus ekstra untuk berusaha memahaminya. Tapi, sekarang rasa lelahku
sudah hilang. Berkat Luhan yang menjadi penghilang lelahku. Gomaweo, Baby Lu,” balasnya membuatku
tertawa kecil.
“ Memangnya, apa yang aku lakukan sampai rasa
lelah Sehun hilang?” tanyaku lagi padanya. Ia memperbaiki letak dagunya
berganti menjadi menyesap masuk ke leherku.
“ Kan aku sudah pernah bilang, Luhan itu punya
magis. Cukup hanya melihat Luhan saja, sudah membuatku segar kembali,” jawabnya
membuatku tertawa lagi.
“ Luhan-a,
bisakah berjanji satu hal padaku?”
“ Berjanji apa, Sehunnie?
“ Tetaplah seperti ini. Tetaplah memperhatikan,
menyayangi, dan mencintai Oh Sehun seorang. Jangan pernah meninggalkanku sendirian.
Aku tidak tau apa yang bisa kulakukan jika kau meninggalkanku. Yakseok?” bisiknya lemah. Aku lalu
mengubah posisiku dan kini berhadapan dengan Sehun.
“ Luhan berjanji akan selalu menyayangi,
memperhatikan, dan mencintai Oh Sehun seorang. Luhan berjanji tidak akan pernah
meninggalkan Oh Sehun dan tetap berada disampingnya. Luhan berjanji,” ucapku
sambil mengangkat tangan kananku.
“ Lega sekali mendengarnya. Oh Sehun juga tidak
akan pernah meninggalkan Xi Luhan dan akan selalu menyayangi dan mencintai Xi
Luhan seorang,” kini gantian Sehun yang mengucapkan janji. Rasa sayang dan
cinta serta kesungguhan seorang Oh Sehun membuat air mataku jatuh seketika.
“ Lu-Luhan...kau kenapa? Mengapa menangis? Apa
ada yang salah dengan perkataanku tadi?” Sehun lalu meraih wajahku dengan wajah
khawatirnya. Aku menggeleng lalu tersenyum padanya.
“ Aku bahagia. Sangat bahagia sampai rasanya
bingung harus bagaimana. Aku bahagia karena masih ada orang yang mencintaiku
seperti cara Sehun mencintaiku. Aku merasa sangat berharga, Sehunnie,” ucapku
jujur dengan menatap mata Sehun yang teduh. Ia lalu memajukan wajahnya dan
mencium bibirku pelan dan lembut sekali.
“ Sampai kapanpun, Luhan tetaplah berharga dan
tak ternilai untuk Oh Sehun. Sampai kapanpun, pacarku yang imut, manis, dan
cantik ini tetap milik Oh Sehun,” godanya sambil menatap wajahku lalu mencapit
hidungku lembut.
“ Sudah ya menangisnya. Nanti yeppeo-nya hilang kalau terus menangis,”
godanya lagi membuatku tertawa dan wajahku terasa memanas lagi. Kurasakan
wajahku disentuh oleh jemari lembut Sehun untuk menghapus air mataku. Mataku
tidak bisa lepas dari cengkraman wajah tampan pacarku, Oh Sehun.
Kini gantian, aku yang mengulurkan tanganku
untuk menyentuh wajah kekasihku, Oh Sehun. Lembut dan kokoh, itulah wajahnya.
Kutelusuri setiap inci wajahnya yang tampan dan jemariku terhenti pada bibirnya
yang tipis, merah, namun memabukkan.
“ Sebegitu menariknyakah bibir seorang Oh Sehun
hingga seorang Xi Luhan terus memegangnya?” ujarnya menggoda membuatku langsung
tersadar dan menunduk malu. Ia tertawa puas karena telah berhasil menggodaku.
“ Dasar PD! Wekk,” balasku menjulurkan bibir
bawahku kearahnya. Ia memajukan tubuhnya dan merengkuh tubuhku dalam pelukan
hangatnya. Irama detakan jantungnya yang lembut memanjakan telingaku yang
bersandar di dada bidangnya. Deru nafas serasa melembut ketika tertangkap oleh
gendang telingaku. Semua yang ada pada Sehun, aku menyukainya.
“ Aku mengantuk, Sehun~” rengekku didalam
pelukannya. Pelukan Sehun yang nyaman membuatku mengantuk tiba-tiba.
“ Yasudah, ayo kita tidur. Malam ini, kau tidur
bersamaku ya,” pintanya.
“ Kalau aku tidak mau, bagaimana?” godaku
padanya. Ia langsung menatapku tajam dan menyunggingkan senyum evil.
“ Semua pintu telah terkunci secara otomatis.
Tak ada jalan keluar untukmu, my little
deer,” bisiknya pelan namun membuatku langsung bergidik ngeri.
Ia lalu mendorongku hingga aku terjatuh di
ranjang empuknya. Kurasakan rambutku langsung berantakan. Sehun lalu
merentangkan kedua tangannya dan mendekatkan dirinya tepat diatasku. Ia
menggunakan tangannya untuk menopang tubuhnya. Jantungku kembali berdetak
kencang sekali karena jarak kami sangatlah dekat dalam keadaan tidur pula.
“ Andwaeee!!!”
pekikku lalu menarik selimut tebalnya dan membungkus seluruh tubuhku hingga aku
tak bisa melihat Sehun lagi.
“ Hahahaha!” tawanya meledak sambil
berguling-guling disampingku. Tawanya terdengar geli hingga suaranya
berkikik-kikik. Ternyata ia hanya berniat mengerjaiku.
“ Sehunnie! Berhenti menggodaku! Huh!” kesalku
dengan mulut yang manyun. Hanya kepalaku saja yang kusemburkan dari balik
selimut. Sehun lalu berbaring tepat disampingku dengan tawa yang masih berada
diwajahnya.
“ Aigoo...uri
yeppeo manyun. Uhhh neomu kyepota,
nae yeppeo namja,” gemasnya mencubit pipi lalu memelukku gemas.
“ Ayo tidur~ Besok aku harus bekerja. Ya...ya?”
ajakku memelas dengan puppy eyes-ku.
“ Arrayo,
Baby Lu,” setujunya lalu membuka selimut ditubuhku
dan menjadikan selimut itu menyelimuti kami berdua. Tangan kanannya kugunakan
sebagai sanggahan kepalaku dan tangan kirinya memeluk perutku hangat. Kakinya
yang panjang juga memeluk kakiku agar tetap hangat. Akupun menggunakan tangan
kananku untuk memeluk tubuhnya yang hangat dan wangi.
“ Jumuseyo,
nae saranghaneul, Luhan,” bisiknya lalu mengecup bibirku pelan.
“ Jumuseyo,
nae saranghaneul, Sehun,” balasku juga mencium bibirnya cepat. Kamipun
tertidur. Tertidur dengan senyum dan kehangatan yang tak ternilai harganya.
TBC...Next part...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar