halo,,,
Kia mau ngeshare foto-foto seputaran festival Ogoh-Ogoh yang merupakan serangkaian acara dalam menyambut Hari Raya Nyepi 2013. Ini hasil jepretan Kia. Check this out!!!
Kamis, 14 Maret 2013
Festival Ogoh-Ogoh tahun 2013 NTB
Kia mau ngeshare beberapa foto tentang Festival Ogoh-Ogoh yang merupakan salah satu rangkaian acara memperingati Hari Raya Nyepi 2013. Ini dia foto-foto hasil jepretan Kia asli loh!!!
Minggu, 10 Maret 2013
HUNHAN FF- You're my reason part 6 ( last )
PART 6
1 tahun...ya, 1 tahun sejak kejadian itu. Aku hanya bisa melihat sosok
Tuan Muda tanpanku melalui TV saja. Aku senang, sekarang dia telah sukses
dengan masa depannya yang cerah. Aku turut bahagia. Walau untuk masa depannya,
aku harus menyakitinya terlebih dahulu.
Sejak
setahun yang lalu, aku bekerja menjadi seorang petugas kasir disebuah
minimarket. Aku hidup seorang diri tanpa ada niatan kembali ke tempat
penampungan budak lagi. Penghasilanku kurasa cukup untuk diriku sendiri.
Minimarket
sedang tak ada pelanggan. Aku duduk termenung dibelakang meja kasir.
Termenungnya aku membawaku kembali ke peristiwa satu tahun yang lalu. Peristiwa
dimana aku harus mengikhlaskan seseorang yang sangat kucintai. Oh Sehun...
Flashback
“ Ng...Aku haus~” keluhku. Kulepas
perlahan-lahan pelukan hangat Sehun dan berjalan menuju dapur untuk sekedar
meneguk segelas air. Saat itu hujan telah berhenti dan lampu telah kembali
menyala. Syukurlah.
“ Ah, leganya~” desahku setelah
meneguk segelas air.
Saat akan kembali tidur, ponsel
milik Sehun bergetar. Aku kembali berdiri dan mengambil ponsel Sehun. Ternyata
ada telepon dari abeoji berarti Tuan besar untukku. Sepertinya penting.
Kulihat, Sehun telah tertidur pulas sekali. Aku tak tega membangunkannya.
Kuputuskan untuk mengangkat telepon dari Tuan Besar.
“ Sehun-a...”
“
Maaf, Tuan Besar. Saya Luhan. Tuan Muda
sudah tertidur, Tuan Besar. Apa ada yang perlu saya sampaikan pada Tuan Muda?”
jawabku sopan.
“ Apa Sehun bersamamu?”
“
Benar, Tuan Besar,” jawabku lagi.
“ Aku ingin berbicara denganmu. Apa benar kau dan Sehun berhubungan
dekat?”
“ Benar, Tuan Besar,”
“ Apa kau mencintainya?” kini pertanyaannya membuatku tertohok. Aku
memutuskan keluar dari kamar menuju ruang tengah. Aku takut membangunkan Sehun.
“
Maaf atas kelancangan saya, Tuan Besar.
Tapi, saya benar adanya mencintai, Tuan Muda,” akhirnya aku menjawab jujur.
“ Aku minta kau menjauhi Sehun,”
“
Maaf sekali lagi, Tuan Besar. Mengapa
saya harus menjauhi, Tuan Muda?” kini aku bertanya.
“ Kau pasti tau jika Sehun telah dipersiapkan
untuk menjadi penerus perusahaan keluarga Oh. Dia haruslah fokus. Apa kau mau
menghancurkan masa depannya hanya karena keegoisanmu?”
Aku terdiam. Apa yang Tuan Besar katakan
memang sangat benar. Aku hanya menghambatnya. Menghambat dan memburamkan masa
depannya yang cerah. Aku egois dan mementingkan diriku sendiri tanpa memikirkan
masa depan Sehun.
“ Aku minta kau fikirkan baik-baik perkataanku,
Luhan,”
Ponsel yang kupegang tiba-tiba melorot.
Nafas yang tertahan kini menjadi buliran air mata. Aku kembali tersadar betapa
egoisnya aku selama ini. Aku berusaha menahan isakanku agar tidak membuat Sehun
terbangun. Aku kembali kekamar dan meletakkan kembali ponsel Sehun.
Kupandangi wajah Sehun dalam.
Malam ini, aku telah memutuskan untuk meninggalkannya. Meninggalkan Sehun demi
masa depannya. Kuganti pakaianku dengan seragamku. Malam ini, aku harus pergi.
“ Sehunnie, mianhaeyo. Tapi, ini
demi kebaikanmu. Aku akan tetap mencintaimu, Oh Sehun,” lirihku pelan dan
mencium bibirnya pelan. Kutinggalkan dia setelah meletakkan surat diatas meja
kecil dikamarnya. Aku telah keluar dari Villa, barulah disitu tangisku pecah.
Air mata berurai begitu banyak. Sesak didada membuatku sulit bernafas. Aku
hanya bisa menangis dan menangis hingga aku merasa sangat lelah.
Flashback End
©
Ternyata sudah malam. Aku baru saja selesai
memeriksa semua dokumen yang ada dimejaku. Rasanya tulang-tulang belakangku
sudah retak. Aku bangkit dari kursi kerjaku dan melakukan sedikit olahraga
untuk meringankan sakit punggungku. Kini aku membuka kulkas dan mengeluarkan
sebotol susu serta beberapa potong buah. Kulahap kedua kudapan malam itu.
“ Luhan...” desahku setelah memakan sepotong buah dan
meneguk susuku. Kupandangi kedua kudapan itu. Kudapan ini dulu selalu
diantarkan oleh orang yang sangat kucintai. Senyum serta perhatiannya membuat
kedua kudapan ini terasa lebih enak dari biasanya. Rasa rinduku benar-benar
sudah overdosis. Setahun yang lalu, aku mencoba mencari keberadaannya. Tapi,
hingga saat ini aku tidak pernah mendapatinya dimanapun.
“ Luhannie, bogosippeyo...”
lirihku. Kini aku berdiri ditepi jendela ruanganku. Kupandangi pemandangan kota
seoul dimalam hari dengan tatapan kosong. Aku membayangkan aku dan Luhannie
bisa menikmati indahnya malam Kota Seoul bersama-sama lagi. Rasa rinduku
memuncah hingga aku merasa sesak di dadaku.
“ Tuhan, bisakah aku meminta satu saja kepadamu?
Kumohon pertemukan aku dengan Luhanku lagi. Aku benar-benar merindukannya
hingga aku rasanya ingin mati saja. Kumohon Tuhan...” pintaku melirih dengan
menengadahkan kepalaku menatap langit malam.
Aku tersenyum lirih. Permintaanku terlalu mustahil
untuk dikabulkan. Mungkin memang, aku dan Luhan tidaklah berjodoh. Kusudahi
semua ini dengan keluar dari ruanganku dan memutuskan kembali kerumah saja.
Semua rasa rindu ini membuatku sesak.
Sebelum pulang, aku menyempatkan diri untuk mampir di
minimarket kecil didekat kantorku. Aku ingin membeli sesuatu terlebih dahulu.
©
“ Xiumin-a,
bukankah jam kerjamu sekitar satu jam lagi?” Aku menatap Xiumin, temanku saat
ia membuka pintu minimarket ini. Ia nyengir saja kuberikan tatapan bingungku.
“ Hehehe...aku bosan dirumah, Luhan-a,” jawabnya nyengir lagi.
Wajahnya yang lucu membuatku selalu tertawa di buatnya. Xiumin dan Aku memang
setiap harinya bergiliran menjadi petugas kasir minimarket ini.
Asik berbincang-bincang dengan xiumin, ternyata dari
arah luar seorang pelanggan berniat memasuki minimarket kami. Aku menoleh
kearah pelanggan itu. Mataku serta merta menjadi bulat besar. Desiran darahku
semakin cepat di ikuti detak jantung yang berpacu kencang.
“ S-sehun-a...Andwae!”
teriakku dalam hati.
“ Xiumin-a,
sekarang gantikan aku. Ppalli!”
suruhku cepat lalu meninggalkan Xiumin yang terlihat bingung dengan
ketiba-tibaanku. Aku menyembunyikan diriku di gudang penyimpanan barang. Hanya
kepalaku saja yang menyembul. Aku tidak mau Sehun tau keberadaanku.
“ Anyeonghaseyo...”
terdengar Xiumin menyapa pelanggan yaitu Oh Sehun. Sehun hanya memberi senyum
kecilnya. Kulihat, ia lalu berjalan menuju rak alat mandi dan pembersih mobil.
Sehun semakin dewasa dan semakin tampan. Aku terus mengawasinya. Ingin sekali
rasanya aku berlari dan memeluknya. Tapi, itu hanya bisa kulakukan dalam
khayalanku. Tanpa kurasa, air mataku kembali jatuh. Ini terlalu menyakitkan.
Aku hanya bisa melihat Sehun tanpa bisa menyentuh orang yang sangat kucintai
dan kurindukan.
Tak lama, Sehun keluar dari minimarket kami. Mobilnya
pun telah menjauh. Aku keluar dari tempat persembunyianku dengan lesu lalu
menghampiri Xiumin yang masih senyum-senyum.
“ Kau tau, tak kusangka pelanggan tadi ialah Oh Sehun,
penerus perusahaan Oh Coorperation. Tak
kusangka ia mau mampir di minimarket kecil seperti ini. Dan...aslinya
benar-benar tampan! Ukiran wajah yang perfecto!”
cerita Xiumin berbinar-binar.
“ Ya...Tuan Muda memang selalu dan akan selalu
tampan...” aku melirih sambil menunduk.
“ Ah? Mworageo?”
Tanya Xiumin. Aku tersadar dan hanya menggelengkan kepalaku lalu memberinya
senyum.
“ Xiumin-a,
aku pulang sekarang ya. Selamat bertugas, nae
baozi,” pamitku lalu mencubit pipinya yang tembam.
“ Yak!” teriaknya kesal. Aku hanya bisa tertawa lepas.
.
.
.
Aku baru saja
selesai mandi dan kini aku mendudukkan diriku di bibir ranjang single-ku. Kuusap rambutku yang basah
akibat keramas dengan pelan. Dompet yang kuletakkan dimeja kecilku menarik
perhatianku. Kuulurkan tanganku untuk meraih dan membuka dompetku. Bukan
berniat mengambil uang, namun melihat sesuatu.
“ Aku senang kau terlihat sehat, Sehunnie. Kau semakin
tampan dan dewasa. Kudoakan kau agar selalu sehat,” bisikku kecil. Ya, foto aku
bersama Sehun yang kupandangi. Hanya foto ini satu-satunya yang menjadi sisa
kenanganku bersama Sehun. Ponsel pemberian Sehun pun tak kubawa serta karena
terlalu banyak menyimpan kenangan manis bersamanya.
Kusibak selimut dan menyelimuti diriku sambil terus
menatap foto diriku dan Sehun. Terakhir, kucium foto tersebut dan menutup
dompetku kembali. Kuputuskan untuk tidur. Menatap foto itu lama-lama bisa
membuatku kembali terlarut kedalam jurang masa lalu indah bersama Oh Sehun.
©
Dua minggu berlalu sejak Sehun menjadi pelanggan
di minimarket kami. Siang ini, aku meminta izin pada pemilik minimarket untuk
keluar sebentar. Aku berniat pergi ke bank untuk menyetor pembayaran
kontrakanku pada pemiliknya yang sedang berada di China.
Sepulangnya, aku mampir ke sebuah kedai bubble tea,
salah satu minuman kesukaan Sehun. Dulu, sepulang Sehun kerumah, dia selalu
membawa dua cup minuman ini. Satu untukku dan satu untuknya. Aku hanya bisa
tersenyum kecil ketika moment itu menjangkit kembali di otakku.
“ Panasnya~” keluhku menyeka peluh yang ada dipelipis
kananku. Ada banyak orang yang berjalan sama sepertiku. Aku mengedarkan
pandanganku sejauh aku bisa memandang. Saat bertemu tatap dengan orang asing,
hanya senyum kecil yang kuberikan.
“ O-oh Sehun...” tanpa kusadar, bibirku menyebut nama
itu. Bagaimana tidak, kini aku kembali mendapati sosok Sehun. Sehun yang kini
berniat menyebrang jalan. Mataku terus mengikuti sosoknya. Ponsel ditangannya
menjadi pusat konsentrasinya. Dia terlihat buru-buru.
“ Andwae
Sehun-a!!! Aku memekik tanpa sadar.
Sehun tengah menyebrang jalan, namun dari arah sampingnya, terlihat sebuah
mobil dengan kecepatan tinggi terus berjalan mendekati sosok Sehun.
Kubuang kasar cup bubble tea yang masih berisi dan
berlari sekencang mungkin kearah Sehun. Telingaku bisa mendengar suara-suara
riuh dari para pengguna jalan. “ Aku
harus menyelamatkan Sehun” Hanya itu
yang ada didalam otakku sekarang.
Brakk!!!
Berhasil! Aku berhasil mendorong Sehun ke pinggir
trotoar. Tapi aku...aku merasakan sakit yang amat sangat disekujur tubuhku.
Tulangku seperti tak berbentuk tulang lagi. Rapuh dan hilang. Aku merasa ada
cairan hangat yang keluar dari kepalaku. dan...rasa damai dihatiku. Damai
karena kini aku berada dipelukan orang yang sangat kurindukan, Oh Sehun.
“ S-sehun...A-apa kau baik-baik saja?” desahku berusaha
mengeluarkan semua tenagaku. Aku menatap wajah tampannya yang diselimuti
kekhawatiran dengan senyum tulusku.
“ Bodoh! Mengapa kau melakukan ini?! Dasar bodoh!”
bentaknya. Kutau, ia tak bermaksud membentakku. Ia hanya terlalu khawatir saja.
Kuusap pipinya dengan lembut.
“ Siapapun! Panggilkan ambulance! Segera!!!” teriaknya. Namun teriakannya lama kelamaan
semakin melemah dipendengaranku. Bayang wajahnya pun kini terganti menjadi
bayangan hitam.
“ Luhannie, kumohon
bertahanlah. Tuhan, kumohon kuatkan Luhanku,” lirihku sembari mondar-mandir
gelisah tepat didepan UGD. Aku ditemani oleh orang-orangku. Mereka dengan cepat
melesat kelokasi kejadian dan menolongku dan Luhan. Ternyata, mobil yang hampir
membuatku celaka ialah mobil dari pesaing bisnis keluargaku. Mereka memang
berniat mencelakakanku dengan berusaha menabrakku.
“ Tuan Muda, tenanglah. Kuyakin Luhan pasti selamat,”
Pak Kim, asisten pribadiku berusaha menenangkanku. Ia jugalah yang membawa
sosok Luhan kedalam kehidupanku.
“ Aku takut terjadi apa-apa dengannya, Pak Kim. Aku
takut kehilangan Luhanku lagi,” balasku melirih. Dadaku akan sangat sakit jika
terjadi apa-apa dengan Luhanku.
“ Tuan Sehun...” dokter yang menangani Luhan tiba-tiba
keluar. Sontak saja aku langsung menghampirinya dengan wajah cemas dan ingin
tauku.
“ Bagaimana keadaan Luhan, dokter?” tanyaku cemas.
“ Ia banyak kehilangan darah. Stok darah bergolongan O
sedang kosong. Adakah diantara anda yang bergolongan darah O?” Tanya di Dokter
menatap semua yang ada dihadapannya.
“ Aku! Golongan darahku O! Ambil sebanyak yang Luhan
butuhkan!” sergahku mengulurkan lenganku. Dokter mengangguk dan akhirnya aku
mengikuti seorang suster yang bertugas mengambil darahku. Aku rela memberikan
darahku pada Luhan. Aku ingin Luhan tetap hidup. Aku ingin Luhan tetap bersamaku
selamanya.
©
Tit...Tit...Tit...Tit...
Proses penyelamatan Luhan berhasil. Syukurlah
kami tepat waktu membawa Luhan. Jika tidak, Luhan bisa-bisa meninggal.
Segeralah aku menepis jauh-jauh kemungkinan buruk itu. Tangan bekas jarum
transfuse masih sedikit nyeri. Tapi, aku tidak peduli. Rasa senangku terlalu
besar untuk merasakan sakit ditanganku.
“ Luhanku tidak berubah. Tetap manis, imut, dan yeppeo,” bisikku lalu diakhiri seulas
senyumku. Tangannya tak luput sedikitpun dari genggamanku. Tatapanku terus
terpaku pada sosoknya yang manis.
“ Luhannie, cepatlah sadar. Aku sangat merindukanmu.
Cepatlah sembuh agar kita bisa menghabiskan waktu bersama lagi,” bisikku
padanya seolah ia mendengar bisikanku.
“ Tuan Muda, dimana aku harus meletakkan tas anda?” Pak
Kim memasuki ruang inap Luhan. Aku sengaja memesan kamar termahal agar Luhan
nyaman dan privasiku terjaga. Aku menoleh kearahnya dan tersenyum.
“ Letakkan di kursi saja, Pak Kim. Terima kasih,”
ucapku padanya.
“ Kalau ada sesuatu yang Tuan Muda butuhkan, Tuan Muda
bisa menghubungi saya. Kalau begitu, saya permisi dulu, Tuan Muda,” pamitnya
padaku. Aku hanya mengangguk dan tersenyum saja. Tak lama, sosoknya menghilang
menyisakan aku dan Luhanku saja.
Aku mengambil cuti tanpa sepengetahuan Abeoji. Syukurnya lagi, Abeoji sedang berada di Amerika. Aku
juga menyuruh semua orangku untuk merahasiakan ini semua terlebih lagi Pak Kim.
Kutinggalkan Luhanku sementara waktu untuk membersihkan diri dan mengganti
pakaianku. Aku tidak mau saat Luhanku sadar, ia melihatku dalam keadaan lusuh
seperti ini.
Ranjang yang ada di kamar inap Luhan berukuran king size. Aku menidurkan diriku
disamping Luhan tanpa menggeser posisinya sedikitpun. Kupeluk tubuhnya pelan.
Aku tau, tubuhnya masih terasa sakit. Kuusahakan pelukanku tak membuatnya
merasa kesakitan. Hangat tubuhnya masih seperti dulu. Nafas tidurnya yang lembut
juga masih sama. Aroma bayinya juga lagi-lagi masih sama. Aku bersyukur Luhanku
tidak berubah.
“ Kau tau, betapa bahagianya aku sekarang. Akhirnya
kita bisa bertemu lagi. Aku berjanji tidak akan membiarkanku pergi lagi,”
ucapku padanya. Kucium pelan bibirnya dan kuusap kepalanya yang berbalut perban
dengan lembut.
Kusandarkan kepalanya didadaku dan berusaha membuatnya
nyaman. Kini, aku bisa kembali tidur tenang karena Luhan telah berada dalam
pelukanku lagi. Xi Luhan telah kembali pada Oh Sehun...
©
Ah! Kepalaku terasa berat dan
sakit sekali. Seperti ada sebuah bongkahan batu besar yang bertengger manis
diatas kepalaku. Pandanganku terasa sangat silau. Satu yang kutau, ternyata aku
masih hidup. Kucoba membuka mataku perlahan-lahan. Silau sekali.
Namun, tanganku terasa hangat
dan nyaman sekali. Genggaman ini, rasanya tak asing untukku. Kutolehkan
pandanganku kepada orang yang mengenggam tanganku. Oh Sehun...ya, Oh Sehun
tengah tersenyum kearahku. Senyum yang sangat kurindukan selama setahun
terakhir ini. Sosok yang membuatku hampir mati karena merindukannya. Sosok yang
kucintai dan mencintaiku. Oh Sehun, Tuan Muda Tampanku.
“ S-sehun...Ma-,”
“ Jangan katakan! Aku minta
maaf,” ia langsung menyanggah dan mengucapkan kata yang seharusnya diucapkan
olehku. Aku menggeleng lemah.
“ Maaf meninggalkanmu,
Sehun-a. Aku melakukannya karena...”
“ Aku tidak mau mendengar
alasan apapun darimu, Lu. Yang terpenting untukku sekarang, kau berada
bersamaku. Kembali di sisiku, kembali bersamaku,” sanggahnya lagi. Aku menatapnya
dengan senyum bahagiaku. Mengapa Ia sungguh baik padaku?
“ Bisakah kau berjanji untuk
tidak pernah meninggalkanku lagi? Kau tau, betapa sedihnya aku kehilanganmu
dulu? Betapa tersiksanya aku tanpamu dulu? Betapa aku sangat merindukan
sosokmu,” ujarnya menatapku intens.
“ Aku berjanji, Sehun-a. Aku tidak akan meninggalkan Sehun
lagi. Aku juga tak bisa kalau tanpa Sehun. Aku juga sangat merindukan Sehun.
Aku juga sangat tersiksa tanpa Sehun,” jawabku lemah.
Ia tersenyum lembut sekali. Ia
lalu memelukku yang dalam keadaan tidur. Aku memeluk tubuhnya posesif.
Akhirnya, aku bisa memeluk Sehun lagi. Aku bisa memanjakan diriku dengan
pelukan hangatnya, aroma khas tubuhnya, dan semua yang ada padanya. Ia
menangkup wajahku dan mencium bibirku lembut sekali. Kurasakan betul cinta
diantara kami bersatu oleh ciuman lembut ini.
“ Cepatlah sembuh, Lu. Aku
tidak sabar mengajakmu bermain dan menghabiskan waktu bersama lagi,” pintanya
mengusap pipiku pelan. Aku mengangguk dan memegang tangannya yang ada dipipiku.
“ Sehunnie tidak bekerja hari
ini?” tanyaku padanya.
“ Tidak. Aku menyerahkan semua
pekerjaan pada asistenku dulu. Aku ingin fokus menjaga Luhannie dulu sampai
Luhannie sembuh,” jawabnya tersenyum manis. Aku terkekeh pelan.
“ Ish! Aku ini bukan bayi lagi.
Lagipula, akan ada suster dan dokter yang akan merawatku,” balasku menjulukan
lidahku.
“ Aku tetap mau merawat
Luhannie. Titik. Orang sakit jangan banyak membantah,” sanggahnya cepat sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya. Sikap keras kepala Sehunnie tidak pernah
membuatku marah. Sikap keras kepala itu selalu membuatku jauh lebih menyayangi
pemuda yang lebih muda 2 tahun dariku ini.
©
“
Sehunnie mau kemana?” Tanya Luhan ketika Sehun melepas genggamannya dan kini
dalam keadaan berdiri.
“
Aku baru ingat aku harus mengurus administrasi. Aku keluar sebentar ya,” pamit
Sehun tersenyum lembut sembari tangannya mengusap pipi Luhan.
“
Jangan lama-lama, ya,” pinta Luhan lemah. Sehun hanya mengangguk sembari terus
tersenyum. Kini Sehun telah keluar dan meninggalkan Luhan seorang diri didalam
kamar inap yang telah 3 hari ini ia tempati sejak kecelakaan itu.
.
.
.
Kriekkk...
“
Sehunnie...” panggil Luhan. Tapi ternyata bukan Sehun yang membuka pintu
melainkan Kris, Abeoji Sehun. Nafas
Luhan langsung tercekat. Rasa nyut-nyut dikepalanya semakin menyakitkan. Ia
kaget dan takut.
“
T-tuan B-besar...” geming Luhan dengan suara bergetar. Kini ia meremas
selimutnya kencang dan terpaku menatap sosok Kris yang semakin mendekatinya.
“
Tidak usah takut, Luhan. Aku tidak akan melakukan sesuatu yang buruk padamu,”
selahnya pelan lalu menduduki kursi yang biasanya Sehun duduki. Luhan hanya
menelan salivanya sambil terus memperhatikan gerak-gerik Kris.
“
Sebenarnya, aku kesini untuk meminta maaf padamu, Luhan,” lanjutnya. Kini
matanya menatap kearah Luhan. Tatapan tulus dan menyesal.
“
M-maksud Tuan Besar apa?” Tanya Luhan berhati-hati.
“
Aku ingin minta maaf karena sempat memisahkan kalian. Aku sadar, selama ini aku
telah menjadi Abeoji yang buruk untuk Sehun. Aku terlalu otoriter sehingga aku
mengesampingkan kebahagiaan Sehun. Dan sekarang aku sadar, kebahagiaan Sehun
anakku ialah nomor satu untuk seorang Abeoji sepertiku,” jawabnya lemah.
Kepalanya sedikit tertunduk. Raut wajahnya menampakkan kejujuran atas pengakuan
kesalahannya.
“
Tuan Besar, Saya mengerti perasaan anda. Anda pasti selalu ingin yang terbaik
untuk Sehun. Saya pikir, Sehun pasti mengerti maksud anda,” tutur Luhan pelan
dan lembut.
“
Aku juga ingin berterima kasih padamu, Luhan. Terima kasih karena telah
menyelamatkan Sehun, anakku. Kalau kau tidak ada, aku tidak tau nasib Sehun
sekarang seperti apa dan betapa menyesalnya aku tak bisa melindungi Sehun,
putraku,” tambahnya lagi. Ia tersenyum pada Luhan.
“
Saya sangat menyayangi Sehun, Tuan Besar. Dan saya bahagia karena bisa
menyelamatkannya dari bahaya,” jawab Luhan seadanya sambil tersenyum.
“
Mulai saat ini, berjanjilah untuk selalu berada di sisi Sehun, putraku. Jagalah
dia, perhatikannlah dia, sayangi dan cintailah dia. Ternyata aku baru sadar,
kau adalah alasan dia berjuang selama ini. Dan mulai sekarang, tetaplah
bersamanya. Apapun keinginan Sehun sekalipun itu abnormal, aku akan tetap
mendukungnya selama itu untuk kebahagiaan Sehun, putraku. Bisakah?” aju Kris
sedikit memohon pada Luhan.
“
Saya berjanji, Tuan Besar. Mulai saat ini, saya akan tetap berada di sisi
Sehun. Menjaga dan mencintai Sehun sepenuh hati saya. Terima kasih atas
kemurahan hati Tuan Besar membiarkan Sehun dicintai dan mencintai seorang budak
seperti saya, Tuan Besar,” balas Luhan kecil.
“
Apapun untuk kebahagiaan putraku, Sehun, akan kulakukan,” sambung Kris teguh.
Luhan hanya memberikan senyumnya. Relung hati yang semula sempit, kini meluas
dengan restu serta perintah langsung dari Kris untuk menjaga dan mencintai
Sehun.
“
Luhan, aku harus pamit sekarang. Aku harus kembali ke Amerika. Kutitip Sehun
padamu, ya,” pamitnya tersenyum pada Luhan.
“
Baik, Tuan Besar. Hati-hati dalam perjalanan anda. Sampai bertemu lagi,” jawab
Luhan tersenyum.
“
Semoga kau cepat sembuh,” kata-kata terakhirnya yang terucap setelah itu ia
keluar dan meninggalkan kembali Luhan sendirian.
©
Urusan administrasi Luhanku
sudah selesai. Sebenarnya, aku bisa saja menyuruh anak buah atau asisten
pribadiku untuk mengurus semuanya. Tapi, karena ini menyangkut dengan Luhanku,
aku rela mengurus semuanya dengan tanganku sendiri. Semua yang mengenai Luhanku,
aku akan melakukannya dengan tanganku sendiri.
“ A-abeoji...” gumamku ketika dari arah berlawanan, kulihat
Abeoji-ku. Tidak! Dia pasti dari kamar Luhanku! Apa yang telah ia lakukan?!
Saat berpapasan, ia
menghentikan langkahnya sejenak. Aku menoleh kecil padanya. Kurasakan hangat
pada pundakku. Ia menyentuh dan menepuknya pelan lalu kembali berjalan
berlawanan arah denganku. Kutolehkan kepalaku kebelakang. Apa maksud semua ini?
“ Luhanku!” aku teringat akan
Luhan. Aku langsung berlari menuju kamar inap Luhanku. Perasaanku benar-benar
tidak enak.
Brak!!!
Kudorong kasar pintu ruang
inap Luhan dan langsung menghampiri Luhanku yang terlihat kaget dengan ulahku.
Ia hanya menatapku bingung.
“ Luhan gwencanayo? Apa terjadi sesuatu selama aku pergi tadi? Apa Abeoji
melakukan sesuatu yang buruk padamu? Apa dia mengatakan sesuatu yang
menyakitkan padamu? Atau jangan-jangan Abeoji...”
Chu~
pertanyaanku yang bertubi-tubi
terputus begitu saja karena Luhan telah membungkamku dengan mencium bibirku
pelan. Hanya sebentar saja, kemudian ia melepasnya. Ia tersenyum lembut padaku.
Tangan mungilnya menuntunku untuk duduk terlebih dahulu. Ia tau aku baru saja
berlari.
“ Yang pertama, aku baik-baik
saja. Yang kedua, berhenti berprasangka buruk pada Abeoji-mu. Ia kemari hanya
untuk mengatakan sesuatu padaku. Dan itu bukan perkataan yang menyakitkan,”
akhirnya Luhanku menjawab pertanyaan dariku. Aku langsung lega dibuatnya.
“ Apa yang Abeoji katakan
padamu?” tanyaku mulai penasaran.
“ Ia bilang padaku untuk
berjanji untuk menjaga Oh Sehun, memperhatikan Oh Sehun, Menyayangi Oh Sehun,
mencintai Oh Sehun, dan tetap berada di sisi Oh Sehun. Begitu katanya,” jawab
Luhan lalu tersenyum kearahku.
Raut wajah tegangku kini berubah menjadi seulas senyum lebar yang
kuberikan pada Luhanku. Akhirnya, semua ini berakhir. Berakhir dengan bahagia.
Abeoji menyetujui hubunganku dengan Luhan. Ternyata, Tuhan memang masih
menyayangimu, Oh Sehun. Awalnya memang penuh dengan cobaan dan penderitaan.
Tapi, hasil akhirnya begitu membuatku tak mampu berkata apa-apa lagi.
Kupeluk hangat Luhanku. Ia pun
membalas pelukanku. Aku juga berjanji akan selalu menjaga Xi Luhan,
memperhatikan Xi Luhan, menyayangi Xi Luhan, mencintai Xi Luhan, dan tetap
berada di sisi Xi Luhan selamanya. Oh Sehun dan Xi Luhan forever...
END...tinggalkan jejak ya. salam hangat Autor KK ^.^
Langganan:
Postingan (Atom)